Berita

net

Nusantara

Timbulkan Kegaduhan, Jokowi Harus Tegur Menhan

MINGGU, 15 MEI 2016 | 20:55 WIB | LAPORAN:

Ultimatum Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu terkait peredaran buku-buku yang memuat sejarah, ajaran, serta hasil investigasi terkait peristiwa 1965 dan Partai komunis Indonesia (PKI) dinilai bertentangan dengan nalar publik. Selain juga mengancam kebebasan berpikir, kebebasan berekspresi, dan ilmu pengetahuan. Menyusul maraknya isu komunisme dengan berbagai atribut yang muncul belakangan ini.

Ketua Setara Institute Hendardi mengakui jika penyisiran sejumlah toko buku juga merupakan tindakan dan reaksi berlebihan atas fenomena kebangkitan komunisme di Indonesia. Yang  justru diduga diproduksi oleh TNI konservatif berkolaborasi dengan kelompok Islam garis keras.

"Perintah Menhan kemungkinan keluar jalur dari apa yang diperintahkan oleh Jokowi (Presiden Joko Widodo) beberapa waktu sebelumnya," kata Hendardi kepada wartawan, Minggu (15/5).


Dia menjelaskan, sebagai perintah penegakan hukum, maka sesungguhnya perintah itu bukan untuk TNI melainkan tugas kepolisian. Hendardi menilai bahwa perintah Jokowi untuk menegakan hukum ditangkap oleh TNI sebagai perintah represi yang sama sekali tidak mempertimbangkan penghargaan terhadap ilmu pengetahuan dan hak asasi manusia (HAM).

"Jokowi harus menegur Menhan yang justru menimbulkan kegaduhan di ruang publik, kecemasan masyarakat, dan mempermalukan Indonesia dengan penerapan politik represi dalam menangani persoalan bangsa," jelas Hendardi.

Dia mengingatkan bahwa kebangkitan PKI adalah mitos. Tidak masuk akal jika kegiatan berkebudayaan yang bertujuan untuk mengungkap kebenaran sebuah peristiwa melalui film, diskusi, dan kegiatan lain justru dianggap sebagai indikator kebangkitan PKI.

"Semua kegiatan itu ditujukan untuk meyakinkan negara mengambil sikap dan penyelesaian atas pelanggaran HAM berat di masa lalu," ujar Hendardi.

Semua langkah itu sejatinya adalah tugas konstitusional dan legal yang melekat pada pemimpin bangsa, siapapun presidennya.

"Pendasaran tindakan represi dengan menggunakan sejumlah undang-undnag juga bertentangan dengan semangat reformasi yang ditunjukkan melalui pembatalan PNPS Nomor 4/1963 maupun putusan Mahkamah Konstitusi yang pada intinya memberikan pengakuan hak yang setara bagi korban PKI, penghargaan kebebasan berpikir dan berekspresi dan lain sebagainya," demikian Hendardi. [wah] 

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

UPDATE

Cetak Rekor 4 Hari Beruntun! Emas Antam Nyaris Tembus Rp2,6 Juta per Gram

Rabu, 24 Desember 2025 | 10:13

Saham AYAM dan BULL Masuk Radar UMA

Rabu, 24 Desember 2025 | 09:55

Legislator PKB Apresiasi Langkah Tegas KBRI London Laporkan Bonnie Blue

Rabu, 24 Desember 2025 | 09:44

Prabowo Bahas Kampung Haji dengan Sejumlah Menteri di Hambalang

Rabu, 24 Desember 2025 | 09:32

Pejabat Jangan Alergi Dikritik

Rabu, 24 Desember 2025 | 09:31

Saleh Daulay Dukung Prabowo Bentuk Tim Arsitektur Perkotaan

Rabu, 24 Desember 2025 | 09:26

Ribuan Petugas DLH Diterjunkan Jaga Kebersihan saat Natal

Rabu, 24 Desember 2025 | 09:21

Bursa Asia Bergerak Variatif Jelang Libur Natal

Rabu, 24 Desember 2025 | 09:13

Satu Hati untuk Sumatera: Gerak Cepat BNI & BUMN Peduli Pulihkan Asa Warga

Rabu, 24 Desember 2025 | 09:04

Harga Minyak Naik Jelang Natal

Rabu, 24 Desember 2025 | 08:54

Selengkapnya