UNTUK kedua kalinya Presiden Jokowi menyampaikan kekecewaan atas pertumbuhan ekonomi Indonesia setelah periode Januari-Desember tahun 2015 tercatat hanya 4,73 persen. Kemudian kuartal 1 tahun 2016 ini tercatat pertumbuhan ekonomi Kita hanya 4,92 persen, tetap masih dibawah target.
Presiden Jokowi pantas kecewa karena kementerian dan lembaga belum mampu menggenjot secara maksimal penyerapan belanja modal. Padahal, belanja modal dinilai dapat memacu pertumbuhan ekonomi. Akibatnya, tren rendahnya pertumbuhan ekonomi pada awal tahun masih terulang.
"Ini (penyerapan belanja) sudah saya ulang terus, tapi kelihatannya hanya satu hingga tiga kementerian saja (yang bergerak cepat). Yang lainnya entah lupa atau memang terjebak pada rutinitas," ucap Presiden Jokowi saat membuka sidang kabinet paripurna, di Istana Negara, Jakarta, Selasa (10/5).
Saya sangat mengapresiasi kecepatan, keberanian dan itikad baik yang digulirkan oleh Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla, untuk mengejar ketertinggalan pembangunan di seluruh pelosok negeri Kita. Utamanya di wilayah-wilayah tertinggal dan daerah perbatasan. Sifat dan karakter dwi tunggal Jokowi-JK yang cepat dan berani, terbukti berbeda jauh sekali dengan para Menteri pembantunya. Ibarat langit dengan bumi, bagaikan siang dengan malam.
Secara terbuka sudah berulangkali, saya mengingatkan Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla, jauh sebelum membentuk Kabinet Kerja, agar Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla berhati-hati dan teliti memilih para menteri, karena situasi perekonomian dunia sudah diprediksi. Apalagi kompleksitas dan akumulasi masalah bangsa dan negara yang ditinggalkan rezim pemerintahan terdahulu, sejak dini juga sudah terpetakan.
Para Menteri adalah pembantu Presiden yang menjadi kunci dan ujung tombak dalam menjalankan roda pemerintahan. Jika salah memilih figur yang jadi menteri, maka runyamlah semuanya.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun. Tidak terasa usia pemerintahan Jokowi-JK hampir 2 (dua) tahun sudah. Jelas dan tegas bahwa siapapun tokoh politik apalagi pemimpin partai politik, yang mengharapkan Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla tidak melakukan
reshuffle kabinet secepat-cepatnya, maka sesungguhnya mereka tidak ingin Pemerintahan Jokowi-JK berhasil.
Tentu supaya mudah dikalahkan dalam Pemilu dan Pilpres serentak tahun 2019 nanti.
Tetapi Saya yakin seyakin-yakinnya,
reshuffle kabinet akan segera tiba. Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla sudah teruji, kenyang makan asam dan garam, pahit dan getirnya menjadi pemimpin. Mereka bisa membedakan saran yang rasanya pahit tapi konstruktif (membangun), dengan saran yang rasanya manis tapi destruktif (menghancurkan). Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla sedang memainkan bidak caturnya, menghitung hari menunggu bergabungnya kekuatan politik baru.
Selamat datang reshuffle kabinet kedua.
[***]Penulis adalah Presiden Negarawan Centre