Berita

net

Nusantara

DPR Sayangkan Pemerintah Lamban Bebaskan 10 WNI

KAMIS, 21 APRIL 2016 | 11:38 WIB | LAPORAN:

Komisi III DPR RI memprotes sikap pemerintah atas lambannya pembebasan 10 warga negara Indonesia (WNI) yang disandera kelompok militan Abu Sayyaf di Filipina Selatan.

Anggota Komisi III Sufmi Dasco Ahmad berharap pemerintah dapat bertindak cepat karena sudah sangat memprihatinkan.

"Yang patut disayangkan adalah sikap pemerintah yang terkesan lebih mengakomodir pembayaran tebusan oleh perusahaan tempat 10 WNI itu bekerja. Daripada bersikap lebih keras terhadap Filipina untuk memberikan akses pasukan Indonesia terlibat dalam operasi pembebasan sandera," jelasnya kepada wartawan di Jakarta, Kamis (21/4).


Dasco mengingatkan bahwa pemerintah mengemban tugas konstitusional untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia di manapun berada.

"Pemerintah harus menunjukkan pada dunia bahwa keselamatan WNI adalah prioritas utama yang tidak bisa diganggu gugat," ujarnya.

Menurut Dasco, toleransi dengan membayar uang tebusan akan menjadi preseden buruk bagi pemerintah di kemudian hari. Karena terkesan pemerintah lepas tangan atas nasib rakyatnya, sehingga WNI kerap menjadi sasaran penculikan.

"Bukan tidak mungkin hal serupa bisa terulang karena gerombolan Abu Sayyaf merasa nyaman menculik warga negara Indonesia. Padahal hampir setiap hari kapal-kapal dagang Indonesia melintasi kawasan itu," bebernya.

Lebih jauh, lanjutnya, satu-satunya opsi yang tersisa adalah pemerintah bersikap tegas dan menyampaikan protes kepada Filipina untuk dilibatkan dalam operasi militer terbatas pembebasan sandera. Dalam konteks hukum internasional tidak sepenuhnya benar bahwa pasukan asing tidak boleh beroperasi di Filipina, sebab lokasi penculikan dan penyekapan sandera memang secara de facto dikuasai oleh pemberontak Abu Sayyaf.

"Jadi, militer kita akan hadir ke sana sebagai sekutu membantu pemerintah Filipina. Khusus menghadapi Abu Sayyaf yang memang musuh negara Filipina," tutup Dasco. [wah]

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Trump Serang Demokrat dalam Pesan Malam Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 16:04

BUMN Target 500 Rumah Korban Banjir Rampung dalam Seminggu

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:20

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Gibran Minta Pendeta dan Romo Terus Menjaga Toleransi

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:40

BGN Sebut Tak Paksa Siswa Datang ke Sekolah Ambil MBG, Nanik: Bisa Diwakilkan Orang Tua

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:39

Posko Pengungsian Sumut Disulap jadi Gereja demi Rayakan Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:20

Banyak Kepala Daerah Diciduk KPK, Kardinal Suharyo Ingatkan Pejabat Harus Tobat

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:15

Arsitektur Nalar, Menata Ulang Nurani Pendidikan

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:13

Kepala BUMN Temui Seskab di Malam Natal, Bahas Apa?

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:03

Harga Bitcoin Naik Terdorong Faktor El Salvador-Musk

Kamis, 25 Desember 2025 | 13:58

Selengkapnya