rachmawati soekarnoputri/net
Diplomasi yang lemah menjadi salah satu penyebabnya lambannya pembebasan 14 warga negara Indonesia yang disandera kelompok Abu Sayyaf.
Hal itu dikatakan politisi senior, Rachmawati Soekarnoputri kepada Kantor Berita Politik RMOL, sesaat lalu.
"Penyanderaan itu menunjukan antara lain lemahnya diplomasi Indonesia, kita dianggap tidak punya kedaulatan," ujar Rachmawati.
Seperti diketahui, pada 26 Maret lalu telah terjadi pembajakan terhadap kapal tunda Brahma 12 dan kapal tongkang Anand 12 yang membawa 7.000 ton batu bara. Kelompok yang mengaku Abu Sayyaf meminta tebusan 50 juta peso atau Rp 15 miliar sebagai syarat mereka membebaskan 10 orang awak kapal berkewarganegaraan Indonesia.
Kemudian, pembajakan kembali terjadi pada 15 April lalu. Sebanyak 10 WNI disandera kelompok bersenjata Filipina ketika dalam pelayaran pulang menuju Kota Tarakan, Kalimantan Utara tepatnya di Perairan Pulau Ligitan. Empat di antara mereka berhasil dibawa penyandera, sedang lima orang selamat dan satu orang tertembak.
Menurut Rachma, fenomena warga Indonesia kini menjadi sasaran empuk kelompok bersenjata tak lepas dari situasi tak kondusif dalam negeri Indonesia yang diketahui dunia internasional.
"Maraknya kriminalitas seperti korupsi, narkoba di dalam negeri, tebang pilih, diskriminasi hukum oleh aparat penegak hukum di Indonesia, sudah jadi citra di dalam dan luar negeri," kata Rachma.
"Hilangnya martabat dan wibawa Indonesia di mata publik berdampak tidak segan-segannya kelompok kejahatan beraksi bahkan bisa bersinergi dengan kelompok teroris maupun sindikat mafia," tambahnya.
[ald]