KUNJUNGAN sejumlah wartawan Indonesia ke Israel akhir Maret 2016 lalu nampaknya menjadi peristiwa yang cukup menarik perhatian banyak kalangan di negeri Yahudi tersebut.
Ini tercermin dari pertanyaan presenter televisi i24news kepada saya melalui wawancara Skype dan format program acara interview itu.
Topik tentang Indonesia - Israel menjadi salah satu tema yang dibahas oleh dua tamu yang diundang ke studio.
Mereka membahas berbagai isu dunia dalam slot 30 menit. Setiap isu mereka bahas sekitar 4 menit.
Topik tentang Indonesia dibahas pada ujung acara.
Saya sendiri pada 31 Maret 2016 menulis tentang kunjungan teman-teman seprofesi tersebut di Catatan Tengah dengan judul
Hadapi RI, Israel Gunakan Diplomasi Wartawan.
Ulasan saya disiarkan pukul 09.12 WIB pada hari itu.
Setelah itu beberapa jam kemudian sekitar pukul 15.00, booking producer dari TV yang menggunakan 3 bahasa: Arab, Prancis dan Inggeris, menelpon saya. Menanyakan kesediaan saya untuk diwawancara.
Ini namanya wartawan mewawancarai wartawan.
"Kami minta kesediaan anda untuk kami wawancarai sekitar hubungan Israel- Indonesia" ujar Rebecca di ujung telepon.
Sebagai wartawan sulit bagi saya menolak permintaan sesama wartawan.
Setelah menyatakan bersedia producer wanita mengajukan beberapa opsi jam diinterview.
Saya pilih jam 22.30 WiB. Jam seperti itu saya sudah di rumah kata saya.
Saat ditelpon saya baru keluar dari kantor menuju ke sebuah pertemuan.
Sebelumnya TV Berita yang sama dan berkedudukan di Tel Aviv itu, telah mewawancarai saya.
Yaitu ketika penyelenggaraan KTT Luar BIASA OKI -Organisasi Konperensi Islam di Jakarta.
Bersamaaan dengan KTT itu yang digelar 7 Maret 2016, sehari sebelumnya saya mengulas di CATATAN TENGAH tentang agenda KTT tersebut.
Antara lain saya garis bawahi bahwa KTT yang membahas kemerdekaan Palestina, tidak mencerninkan keterwakilan semua pihak. Palestina Hamas tidak hadir. Hanya Palestina Al-Fatah.
Televisi i24news tersebut rupanya memang memantau KTT OKI Jakarta termasuk ulasan saya di CATATAN TENGAH.
Dalam kunjungan para wartawan Indonesia mereka antara lain diterima Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu.
Saya menyebut Netanyahu sebagai politisi Israel bergaris keras.
Berbeda jauh dengan Yitzhak Rabin.
Tadinya saya pikir wawancara dilakukan live seperti sebelumnya. Karena itu dengan bangganya saya WA putera saya yang tinggal di Spanyol agar menonton via streaming.
Sebab dia pula yang pertama kali menceriterakan kepada saya tentang berbagai kelebihan tv itu.
"Dad you should copy or learn the newest or latest concept of news tv like i24news", Alvrie berpesan melalui Skype sebelum saya muncul pertama kali di layar tv tersebut.
Saya baru tahu wawancara kali ini direkam lebih dulu setelah seusai wawancara producer tidak bisa segera mengirim linknya.
"Saya baru bisa kirim linknya setelah wawancaranya sudah kami tayang", kata producer.
Senin 4 April 2016 email yang berisi wawancara saya terima.
Waduh sis and bro. Setelah menuggu 27 menit potongan wawancara saya baru muncul.
Jadi video ini sudah melalui editing.
Yang dibuang percakapan tentang soal yang ga ada kaitannya dengan Indonesia.
Panjangnya 27 menit.
Berikut ini petikannya yang saya terjemahkan sendiri secara bebas.
Mohon maaf kalau kemampuan saya menfasirkan bahasa Inggris kurang baik.
Pertanyaan pertama berisi apakah kunjungan wartawan Indonesia juga menjadi pembicaraan publik secara meluas.
Saya jawab agaknya tidak. Mungkin karena kunjungan ini bukan lah yang pertama kali.
Beda dengan reaksi ketika rombongan saya 23 tahun lalu bertemu PM Yitzhak Rabin dan Menlu Shimon Peres.
Mungkin juga karena berita lokal yang menarik cukup banyak. Dan situasi kebebasan pers sudah berubah.
"Apakah pemerintah Indonesia menurut anda ada keinginan membangun hubungan dengan Israel.
Saya jawab antara iya dan tidak.
Selanjutnya saya persilahkan teman-teman dengarkan sendiri videonya
klik di sini.
Di layar Skype tertulis status saya sebagai Editor-in-Chief sebuah portal bernama
SLARAS.id.
Mereka tidak merasa kredibel kalau hanya disebut wartawan senior apalagi fee lancer journalist.
[***]Penulis adalah jurnalis senior