Berita

foto:net

VOX POPULI

Historia Magistra Vitae

Catatan: Arief Gunawan, iniorangbiasa@yahoo.com
SELASA, 22 MARET 2016 | 09:24 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

RAKYAT yang buta sejarah katanya nasibnya bakal lebih terpuruk (kata orang Betawi: bakal lebih ngeblangsak) daripada rakyat yang buta huruf atau buta aksara.

Itulah sebabnya waktu para pendiri kemerdekaan mempersiapkan kemerdekaan mereka bertekad lebih dulu mencerdaskan kehidupan bangsa, membuat bangsa ini tidak buta huruf sekaligus tidak buta sejarah.

Kenapa sebuah bangsa tidak boleh buta sejarah? Antara lain katanya supaya mampu secara berkelanjutan MENGHAYATI KETERHINAAN sebagai inlander yang terjajah, lalu menjadi mampu mengangkat harkat dan martabatnya sendiri.


Sinyalemen kita misalnya tidak sedikit di antara anak-anak muda sekarang yang menyangka bahwa sejarah perjuangan Indonesia bermula dari lahirnya Orde Baru.

Perlawanan awal bangsa kepada penjajah untuk mencapai kemerdekaan bukan dengan pistol, senapan, dan persenjataan. Para perintis kemerdekaan lebih dulu melawan penjajah dengan tulisan, dengan mendirikan suratkabar, organisasi, dan menjalani profesi kewartawanan. Contohnya Sukarno, Sam Ratulangi, Cipto Mangunkusumo, Danudirjo Setiabudi, Tan Malaka, dan banyak lagi, yang menggagas pikiran-pikiran kemerdekaan melalui tulisan. Sedangkan organisasi militer modern Indonesia cikal bakalnya merupakan bentukan Jepang (1942), institusi militer nasional baru didirikan bulan Oktober 1945.

Dalam politik ada ungkapan forgive but don't forget, maafkan tapi jangan lupakan, tetapi sebagai bangsa kita katanya terlalu permisif mudah melupakan dan gampang kasih maaf, sehingga sebagai bangsa tidak bisa mengambil pelajaran dari masa lalu. Mudah melupakan begitu saja berbagai penindasan yang dilakukan oleh bangsa-bangsa asing yang menyebabkan rakyat menderita. Lantaran tidak ada sikap yang jelas karena permisif sempai hari ini sebagai bangsa kita tidak bisa tegak dihadapan bangsa asing, masih menghamba dan jadi pesuruh dalam bidang ekonomi.

Buta sejarah katanya menyebabkan Indonesia jadi negara yang kehilangan makna. Lihat saja peringatan 70 tahun kemerdekaan beberapa hari yang lalu. Upacara bendera di istana mirip seremonial para pembesar VOC, tidak ada makna, tidak ada motivasi yang disuarakan oleh para elit selain kata-kata pidato klise yang diulang-ulang, tidak ada tekad yang jelas dan kuat untuk mewujudkan kemerdekaan yang sebenar-benarnya, yaitu sebenar-benarnya berdaulat di segala bidang.

Karena para elitnya demikian, rakyat di bawah semakin kehilangan makna akan hari kemerdekaan. Kesulitan hidup dalam berbangsa dan bernegara serta semakin dikuasainya aset-aset bangsa berupa kekayaan alam oleh bangsa asing saat ini seolah dilupakan dengan lomba makan kerupuk, balap karung, lomba bakiak, sampai lomba joget dangdut. Panjat pinang yang merupakan warisan buruk penjajah Belanda untuk melecehkan kaum pribumi bahkan diperlombakan di DPR Senayan.

Buta sejarah lebih berbahaya dari buta huruf, demikianlah potret NKRI dalam usia ke tujuh puluh. ***

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Trump Serang Demokrat dalam Pesan Malam Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 16:04

BUMN Target 500 Rumah Korban Banjir Rampung dalam Seminggu

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:20

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Gibran Minta Pendeta dan Romo Terus Menjaga Toleransi

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:40

BGN Sebut Tak Paksa Siswa Datang ke Sekolah Ambil MBG, Nanik: Bisa Diwakilkan Orang Tua

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:39

Posko Pengungsian Sumut Disulap jadi Gereja demi Rayakan Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:20

Banyak Kepala Daerah Diciduk KPK, Kardinal Suharyo Ingatkan Pejabat Harus Tobat

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:15

Arsitektur Nalar, Menata Ulang Nurani Pendidikan

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:13

Kepala BUMN Temui Seskab di Malam Natal, Bahas Apa?

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:03

Harga Bitcoin Naik Terdorong Faktor El Salvador-Musk

Kamis, 25 Desember 2025 | 13:58

Selengkapnya