‎. Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU) siap menjadi garda terdepan dalam mencegah dan memerangi ancaman radikalisme di Indonesia.
Demikian disampaikan Ketua PBNU Nusron Wahid. Dan PBNU juga, sambung Nusron, berharap langkah tegas dan sistematis negara dalam mengajak kelompok masyarakat dalam upaya mencegah dan memerangi paham-paham yang mengarah pada tindakan teror dengan mengatasnamakan agama.
"Radikalisme adalah persoalan serius. Ini ancaman yang merusak kebangsaan dan mencoreng agama Islam yang seharusnya dipahami dan diamalkan sebagai rahmatan lil 'alamin," kata Nusron dalam acara Dialog Deradikalisasi-Bahaya Radikalisme Agama di Indonesia, di Pendopo Bupati Karanganyar (Sabtu, 5/3)‎.
‎‎Acara tersebut digelar dalam rangka Silaturahim Ulama se-Eks Karesidenan Surakarta serta Pelantikan Pengurus Cabang NU dan GP Ansor Cabang Kabupaten Karanganyar Periode 2015-2020, di Pendopo Bupati Karanganyar. Hadir dalam acara tersebut Menko Polhukam Luhut Binsar Panjaitan, Wakil Rais Aam KH Miftahul Akhyar, KH Ubaidillah Shodaqoh, dan Ketua Khatib Syuriah PBNU Yahya C Staquf.
Menurut Nusron, saat ini generasi muda banyak yang mulai diracuni dengan paham keagamaan yang radikal, dan mereka berkeyakinan bahwa membunuh adalah bagian dari jihad. Mereka juga sangat merusak kebhinekaan bangsa ini karena begitu mudah mengkafirkan orang-orang yang tidak sepaham atau sealiran.
"Sekarang Presiden Jokowi terus menggencarkan upaya deradikalisasi, Menko Polhumak Pak Luhut juga terus menggalang elompok-kelompok masyarakat agar berperan aktif dalam bahu membahu dan menyampaikan informasi kepada pihak berwenang yang sifatnya menjadi ancaman dan dicurigai bisa mengarah tindakan teror. Langkah dan upaya itu harus terus dilakukan secara sistematis, tegas, sehingga bisa menjadi gerakan bersama di tengah masyarakat," ungkap mantan Ketua Umum GP Ansor ini.
Dalam kesempatan sama, KH Miftakhul Akhyar mengungkapkan, mereka yang mengatasnamakan Islam tetapi melakukan perusakan dan tindakan teror sejatinya telah berlaku anti Islam.
Sementara itu, Menko Polhukam dalam sambutannya menyatakan, PBNU dan Ansor sebagai kekuatan besar Islam di Indonesia harus terus menerus melakukan suatu upaya bahwa Islam harus menonjolkan perdamaian.
Terkait ancaman terorosme dan paham radikalis seperti ISIS, Luhut menyebut sejumlah tokoh yang patut diwaspadai lantaran terafiliasi gerakan pro negara Islam Irak-Suriah. Mengingat bahayanya ancaman tersebut, Luhut berharap semua pihak ikut mengambil langkah pencegahan teror.
"Kalau masyarakat, lurah, camat, kepala desa saling memberi informasi, apalagi bekerjasama dengan intelijen, maka aksi radikalisme dan terorisme akan bisa secepatnya dicegah," demikian luhut. [ysa]