. Investasi yang masuk dari Jepang tidak hanya berkutat di sektor industri alat tranportasi dan otomotif. Investor Jepang mulai membidik sektor properti ditandai dengan sektor perusahaan, kawasan industri dan perkantoran di tahun 2015 yang realisasi investasinya mencapai US$ 519 juta atau sekitar Rp 7 triliun dengan kurs Rp 13.500 per dolar AS. Salah satunya, perusahaan asal Jepang yang membangun perumahan dengan nilai investasi mencapai US$ 10 juta. Perusahaan Jepang tersebut mengembangkan proyek yang menerapkan standar kualitas bangunan Jepang dan berlokasi di Kota Bekasi, Jawa Barat.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani merespon positif masuknya investor Jepang dalam sektor properti. "Walaupun secara nilai tidak terlalu signifikan, namun masuknya Jepang ke sektor properti tersebut sangat positif bagi diversifikasi investasi Jepang di Indonesia," katanya dalam keterangan resmi kepada media, Selasa (26/1).
Menurut Franky, dari data yang dimiliki oleh BKPM, investasi Jepang yang masuk ke sektor perusahaan, kawasan industri dan perkantoran terus meningkat secara siginifikan. "Jadi dari hanya US$ 38 juta di tahun 2012, meningkat hampir dua kali lipat menjadi US$ 71 juta di 2013, kemudian stagnan di tahun 2014, meningkat drastis menjadi US$ 519 juta di tahun 2015," jelasnya.
Lebih lanjut Franky menyampaikan bahwa BKPM akan mendukung rencana investasi serta investasi yang telah dilakukan oleh perusahaan-perusahaan Jepang di Indonesia. "Kami akan terus mengawal rencana investasi yang akan dilakukan oleh perusahaan-perusahaan Jepang di Indonesia," imbuhnya.
Kepala BKPM Franky Sibarani mulai kemarin (25/1) dijadwalkan memulai kegiatan roadshow pemasaran investasi ke empat prefektur di Jepang. Secara berturut-turut, Kepala BKPM akan melakukan promosi investasi ke Aichi (Nagoya), Okoyama, Tokyo dan Saitama. Dalam kunjungan kerja kali ini, Kepala BKPM dijadwalkan untuk melakukan pertemuan
one on one dengan 15 perusahaan yang berminat untuk menanamkan modalnya di Indonesia, berbicara di 3 forum bisnis terbatas, dan bertemu dengan 3 Gubernur Prefektur Jepang.
Salah satu pertemuan yang telah dilaksanakan adalah Kepala BPKM juga melakukan pertemuan dengan Gubernur Aichi, kemudian berbicara pada seminar investasi Indonesia yang diselenggarakan oleh satu bank terbesar di Jepang, Mizuho Bank yang dihadiri tidak kurang dari 80 perusahaan.
Gubernur Aichi Hideaki Ohmura menyampaikan bahwa bahwa sebanyak lebih dari 200 perusahaan Aichi telah menanamkan modalnya di Indonesia. "Perusahaan-perusahaan tersebut utamanya di sektor industri otomotif serta industri komponen kendaraan bermotor, termasuk diantaranya Toyota," jelasnya.
Gubernur Ohmura meyakini bahwa Indonesia akan menempati posisi yang sangat penting dan strategis di ASEAN pasca berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), sehingga diharapkan Pemerintah RI tetap mendukung investasi perusahaan Jepang, khususnya asal Aichi yang telah beroperasi di Indonesia.
BKPM mencatat selama kurun waktu 2010-2015, investasi asing di bidang otomotif mencapai USD 10,6 miliar. Investasi di sektor ini mayoritas berasal dari Jepang dengan total penyerapan tenaga kerja 340.000.
Pada kesempatan tersebut, Kepala BKPM Franky Sibarani juga mendorong investor Jepang yang berasal dari Prefektur Aichi untuk memanfaatkan layanan 3 jam."Layanan izin investasi 3 jam ini juga akan memberikan kepastian bagi investor untuk langsung melakukan aktivitas impor karena telah memiliki Angka Pengenal Importir Produsen (API-P) dan Nomor Induk Kepabeanan (NIK) serta langsung dapat bekerja karena telah memiliki Izin Memperkerjakan Tenaga Asing (IMTA) dan Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA)," pungkasnya.
[rus]