Berita

foto :net

Bisnis

Masalah Impor Komoditi Pangan Utama Bersumber Dari Kemendag

JUMAT, 22 JANUARI 2016 | 10:55 WIB | LAPORAN:

Sumber masalah utama dari tingginya impor komoditas pangan utama berupa padi, jagung dan kedelai adalah kementerian perdagangan.

Demikian pendapat anggota Komisi IV DPR, Andi Akmal Pasluddin.

"Saya mendapat keterangan dari Kementerian Pertanian bahwa angka produksi pangan utama meningkat, dan mereka memastikan memiliki data lapangan. Ketika saya tanya mengapa malah impor tinggi, jawaban yang saya terima, Kementerian Pertanian tidak pernah memberikan izin tehnis atau memberi rekomendasi untuk impor," jelas Akmal dalam rilis (Jumat, 22/1).


Ia juga melihat data BPS pada produksi pangan, dan ternyata didapati, pada 1 Juli 2015, BPS merilis perkiraan produksi padi tahun 2015 sebesar 75,55 juta ton berupa Gabah Kering Giling (GKG).  Untuk perkiraan produksi jagung pada tahun 2015 sebesar 20,67 juta ton pipilan kering. Sedangkan perkiraan produksi kedelai sebesar 998,87 ribu ton biji kering.  

"Ini yang membuat BPS mengklaim produksi pangan terutama beras tertinggi pada tahun 2015 selama 10 tahun terakhir," jelasnya.

Namun ketika disandingkan pada rakor Evaluasi UPSUS Ditjen Tanaman Pangan di Karawang, pada 10-12 Desember 2015,  produksi padi nasional tahun 2015 tercatat mencapai 74,99 juta ton GKG, jagung 19,83 juta ton pipilan kering dan kedelai 982,97 ribu ton biji kering. Angka capaian ini menurut Akmal meleset hanya sedikit dari perkiraan BPS.

:Dengan meningkatnya produksi komoditas pangan utama di tahun 2015 dibanding 2014, sedangkan impor tetap tinggi dan pihak Kementerian Pertanian tidak memberikan rekomendasi impor dengan salah satu upaya pengetatan perizinan impor, menunjukkan ada lembaga yang menjadi sumber paradoks ini terjadi," ketus Akmal.

Regulator pemberi izin impor menurut Andi Akmal ada di Kemendag. Presiden harus menertibkan Mendag sebagai penanggung jawab utama tingginya impor pangan ini.

Kinerjanya harus dievaluasi. Bila satu semester ke depan masih tinggi impor pangan, sebaiknya presiden segera mengganti menteri perdagangan dengan yang lebih baik," pungkasnya.[wid]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

UPDATE

Program Belanja Dikebut, Pemerintah Kejar Transaksi Rp110 Triliun

Sabtu, 27 Desember 2025 | 08:07

OJK Ingatkan Risiko Tinggi di Asuransi Kredit

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:48

Australia Dukung Serangan Udara AS terhadap ISIS di Nigeria

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:32

Libur Natal Pangkas Hari Perdagangan, Nilai Transaksi BEI Turun Tajam

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:17

Israel Pecat Tentara Cadangan yang Tabrak Warga Palestina saat Shalat

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:03

Barzakh itu Indah

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:38

Wagub Babel Hellyana seperti Sendirian

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:21

Banjir Cirebon Cermin Politik Infrastruktur Nasional Rapuh

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:13

Jokowi sedang Balas Dendam terhadap Roy Suryo Cs

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:06

Komdigi Ajak Warga Perkuat Literasi Data Pribadi

Sabtu, 27 Desember 2025 | 05:47

Selengkapnya