Berita

foto :net

Nusantara

TRAVELLING

Perlu Edukasi Tentang Servis Dan Higienitas

SENIN, 18 JANUARI 2016 | 16:57 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

UNTUK menjadikan dua provinsi itu sebagai pintu wisata halal Indonesia, tentu serangkaian langkah penting sudah dipikirkan oleh para pemangku kebijakan. Tak ada yang meragukan keseriusan pemerintah membangun infrastruktur, tapi layanan dan higienitas adalah isu krusial. Ini pekerjaan rumah yang harus jadi perhatian Lombok
dan Aceh.

Saya melakukan perjalanan ke dua provinsi tersebut pertengahan Desember akhir tahun lalu. Di antara dua kunjungan itu, saya juga sempat singgah di Bali beberapa hari. Sehingga bisa merasakan perbedaan mendasar, dalam hal layanan kepada wisatawan di tiga tempat: Lombok, Bali dan Aceh.

Pelayanan termasuk persoalan serius di Lombok dan Aceh. Masyarakat perlu diedukasi agar paham konsep melayani dengan profesional. Apalagi agama Islam mengajarkan, tamu harus disambut, dijamu dan dimuliakan. Saat saya di Aceh, misalnya, tour guide kurang komunikatif saat memberikan informasi tentang daerahnya. Layanan servis di rumah makan, hotel-hotel pun perlu lebih responsif.

Pelayanan termasuk persoalan serius di Lombok dan Aceh. Masyarakat perlu diedukasi agar paham konsep melayani dengan profesional. Apalagi agama Islam mengajarkan, tamu harus disambut, dijamu dan dimuliakan. Saat saya di Aceh, misalnya, tour guide kurang komunikatif saat memberikan informasi tentang daerahnya. Layanan servis di rumah makan, hotel-hotel pun perlu lebih responsif.

Tentang higienitas atau kebersihan. Banyak lokasi makan enak tapi kebersihannya kurang meyakinkan. Misalnya, di Lombok dan Aceh ada restoran cukup besar dan makanannya terkenal enak. Tapi lalatnya juga banyak. Atau lantai, meja dan kursi kurang terawat.

Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat Margiono dan rombongan, termasuk saya, pernah makan di salah satu restoran di Lombok yang cukup terkenal. Kami makan lahap karena enak. Bahkan nambah lauk berkali-kali. Andaikan tempat itu dibuat lebih bersih, pastilah makin diserbu para pencinta kuliner.

Concern Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Gubernur Aceh tak perlu diragukan soal ini. Keduanya pantas dapat acungan jempol karena komitmennya kuat terhadap program pariwisata syariah di daerahnya. Saat HUT Provinsi ke-57, 18 Desember 2015, Gubernur NTB Zainul Majdi berencana mengembangkan eco halal hub di wilayah Mandalika Resort, setelah Lombok meraih penghargaan wisata halal” kelas dunia. Konsepnya, bukan ditujukan pada wisatawan Muslim, tapi seluruh turis. Mereka yang non-Muslim juga bisa menikmati pelayanan wisata halal.

Ini memberikan kenyamanan dan keamanan. Sekaligus bagi Muslim, kemudahan dalam beribadah,” jelas Zainul. Sarana, prasarana dan akses menuju lokasi wisata diperbaiki, hotel fasilitas halal, serta makanan minuman bersertifikat halal.

Masyarakat kami sangat ramah dan bersahabat. Saya yakin wisatawan Timur Tengah yang berkunjung ke Lombok dan Sumbawa, akan merasa seperti pulang ke daerahnya sendiri,” katanya.

Di wilayah Aceh, Gubernur Zaini Abdullah pun mendukung program wisata khusus syariah. Misalnya, Wonderful Ramadhan in Aceh, setiap bulan puasa. Banyak budaya unik dan menarik yang bisa diikuti turis. Di Jakarta, Masyarakat Ekonomi Syariah pernah menggelar diskusi bersama sejumlah pakar dan pengamat tentang Wisata Halal, Mei tahun lalu.

Dewan Pakar Masyarakat Ekonomi Syariah, Sapta Nirwandar mengingatkan, definisi wisata halal bukan sekedar makanannya yang halal. Tapi haruslah mencakup lifestyle. Intinya membuat turis Muslim dunia nyaman berada di Indonesia. Sedangkan menurut Menteri Pariwisata Arief Yahya, wisata halal itu baiknya mengacu kepada prinsip rahmatan lilalamin, rahmat bagi alam semesta. Itu artinya universe, maka namanya Universal Tourism,” katanya.

Sehingga, yang merasakan manfaat dari servis halal bukan hanya Muslim, tapi semua orang. Yang ditonjolkan, adalah layanan profesional dengan nilai-nilai syariah. Presiden Markplus & Co Hermawan Kertajaya juga menuturkan, halal lifestyle ditujukan kepada layanan.

Islami dicerminkan dalam perilaku layanan dan pemasaran dijalankan dengan jujur,” katanya.

Kalau prinsip-prinsip layanan profesional dan higienitas tercipta di Serambi Mekkah dan Bumi Gora, maka tak lama lagi, Indonesia bisa jadi kiblat wisata halal kelas dunia.***


Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Pemkot Bogor Kini Punya Gedung Pusat Kegawatdaruratan

Senin, 29 Desember 2025 | 10:12

Dana Tunggu Hunian Korban Bencana Disalurkan Langsung oleh Bank Himbara

Senin, 29 Desember 2025 | 10:07

1.392 Personel Gabungan Siap Amankan Aksi Demo Buruh di Monas

Senin, 29 Desember 2025 | 10:06

Pajak Digital Tembus Rp44,55 Triliun, OpenAI Resmi Jadi Pemungut PPN Baru

Senin, 29 Desember 2025 | 10:03

Ketum KNPI: Pelaksanaan Musda Sulsel Sah dan Legal

Senin, 29 Desember 2025 | 09:51

Bukan Soal Jumlah, Integritas KPU dan Bawaslu Justru Terletak pada Independensi

Senin, 29 Desember 2025 | 09:49

PBNU Rukun Lagi Lewat Silaturahmi

Senin, 29 Desember 2025 | 09:37

PDIP Lepas Tim Medis dan Dokter Diaspora ke Lokasi Bencana Sumatera

Senin, 29 Desember 2025 | 09:36

Komisi I DPR Desak Pemerintah Selamatkan 600 WNI Korban Online Scam di Kamboja

Senin, 29 Desember 2025 | 09:24

Pengakuan Israel Atas Somaliland Manuver Berbahaya

Senin, 29 Desember 2025 | 09:20

Selengkapnya