Yatim piatu dan anak terlantar menjadi tanggung jawab pemerintah dan masyarakat luas.
Tetapi tidak bagi anak-anak yatim piatu naungan Panti Asuhan Bunda yang beralamat di Jalan Lingkar, perkantoran Pemkab Banyuasin.
Yayasan yang menampung anak-anak berstatus kurang mampu dan yatim piatu ini kondisinya sangat memprihatinkan.
Dilihat dari fisik bangunan dua asrama, hanya berdindingkan kayu papan dan beratapkan daun nipah kering, sehingga terkesan kumuh.
"Memang yayasan kami lagi gencarnya mencari bantuan donatur untuk membangun sejumlah fasilitas, seperti asrama, MCK dan kebutuhan pokok sehari-hari," ungkap Asmaliah (34) salah satu pengurus yayasan panti asuhan bunda mengutip dari
RMOLSumsel.Com, Minggu (17/1).
Ia menyampaikan, sejauh ini belum ada bantuan apapun dari pemerintah setempat. Padahal, pihak yayasan rutin memberikan laporan perkembangan yayasan kepada Dinas Sosial Banyuasin.
"Saat ini baru sebagian kecil donatur yang telah membantu, berupa bahan material bangunan dan tedmon," bebernya.
Dengan kondisi ini, ia tak menampik jika asrama yang dimilikinya tersebut dianggap tidak layak dihuni. Pasalnya, fasilitas yang ada masih sangat minim sekali.
"Jumlah anak-anak yang dititipkan sebanyak 35 orang, tapi sayangnya hanya bisa menampung 30 orang saja, sisanya lima orang dititipkan ke Kepala Desa Sukaraja," tuturnya.
Sementara, untuk biaya hidup anak-anak sehari-hari, dia mengaku selain donatur, selebihnya dibiayai langsung pihak yayasan yang mengurus.
"Kami akan berusaha sebisa mungkin biaya sendiri, kami tidak minta bantuan dari pemerintah, kecuali donatur yang sifatnya pribadi," tegas wanita yang berasal dari Kelurahan Pangkalan Balai ini.
Junadi (41) yang ikut membantu dalam yayasan menambahkan jika pengurus yayasan yang menetap di situ hanya berjumlah enam orang.
"Termasuk ketua yayasan sering datang juga, dia pulang-pergi (PP) dari rumahnya, ," katanya seraya menyebutkanya kalau pemilik yayasan asli orang Sekayu Muba.
Anak-anak yatim piatu itu disekolahkan sesuai jenjang usia mereka, dari PAUD, TK, SD, SMP hingga SMK. Ia tahu karena yang sering mengantar jemput mereka.
"Kami disulitkan antar-jemput anak-anak ke sekolah karena disediakan satu kendaraan motor yang digunakan operasional yayasan, sehingga kadangkala empat orang sekaligus dibawanya," ucapnya.
[wid]