Berita

Silaturrahmi PDIP Ke Muhammadiyah Penuh Gagasan Dan Keakraban

JUMAT, 08 JANUARI 2016 | 14:32 WIB | LAPORAN: YAYAN SOPYANI AL HADI

. PDI Perjuangan menganggap Muhammadiyah sebagai salah satu kekuatan bangsa Indonesia yang memainkan peranan penting dalam sejarah perjuangan dan mengisi kemerdekaan Indonesia. Apalagi Bung Karno juga kader dan pernah menjadi Pengurus Muhammadiyah di Bengkulu.  ‎

Demikian disampaikan Sekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto memulai dialog saat  bersilaturahmi kepada PP Muhammadiyah. Silaturrahmi juga dalam rangka mengundang Pimpinan PP Muhamadiyah untuk hadir dala Rakernas I PDIP sekaligus melakukan sosialisasi materi Rakernas I PDIP terkait Pembangunan Nasional Semesta Berencana (PNSB). 

‎Hasto Kristiyanto hadir di Kantor PP Muhammadiyah, di Jalan Menteng Raya, Jakarta (Jumat, 8/1) dengan didampingi Wakil Sekjen PDIP Ahmad Basarah, Ketua DPP PDIP Hamka Haq, Ketua DPP PDIP Bidang Pemenangan Pemilu Bambang DH, dan Anggota DPR Erwin Moeslimin Singajuru dan Falah Amru. Sementara Ketua PP Muhammadiyah Haedar Nashir menerima rombongan PDI Perjuanhan dengan didampingi Abdul Mu'ti, Muhadjir Effendy,‎  Busyro Muqoddas, Dadang Kahmad dan Suyatno.‎ 

‎‎Ahmad Basarah menyambung dialog dengan mengatakan PDIP mengajak Muhammadiyah untuk bersama-sama merekonstruksi sistem bernegara Indonesia kembali seperti maksud para pendiri bangsa. 

"‎PDIP menilai saat ini bangsa Indonesia tidak lagi memiliki visi haluan negara karena GBHN sudah dihilangkan sebagai dokumen road map pembangunan semesta berencana bangsa Indonesia seperti yang pada era 1960 Presiden Soekarno bersama MPRS menyusun TAP MPRS No II/MPRS/1960 tentang Pedoman Pelaksanaan Pembangunan Nasional Semesta Berencana Tahap Pertama 1961-1969," papar Basarah. 

‎Hasto melanjutkan bahwa tema Pembangunan Nasional Semesta Berencana (PNSB) bukanlah substansi yang mudah untuk dipahami dan dijelaskan. Sehingga Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mengarahkan kepada DPP PDIP untuk melakukan pertemuan dengan berbagai komponen bangsa dalam upaya mengembalikan sesuatu yang hilang dari sejarah berbangsa. 

Atas ajakan itu, Haedar menanggapi dengan mengatakan Muhammadiyah menyambut baik rencana dan apresiasi tema rakernas PDIP karena hal tersebut sesuai dengan sikap PP Muhammadiyah yang menilai bahwa bangsa Indonesia perlu memiliki kembali PNSB dan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN).‎ 

‎"‎PP ‎Muhammadiyah menyambut kehadiran unsur DPP PDIP ini. Kami punya hubungan strategis dengan PDIP karena nyambung, sama-sama bertemu pada titik pemikiran Bung Karno," jelas Haedar. 

Haedar menceritakan kisah bagaimana suatu saat Bung Karno pernah bertanya dan heran karena setelah dirinya jadi Presiden tidak pernah ditagih iuran anggota Muhammadiyah. 

‎Pertemuan berlangsung dalam suasana akrab dan cair. Selain membicarakan hal-hal yang substansi, dialog juga dibumbui dengan sejumlah canda dan usul yang perlu dipertimbangkan. Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti misalnya mengusulkan dipertimbangkan memproduksi film tentang Bung Karno. 

‎"‎Perlu diproduksi film berkualitas tentang Bung Karno yang bisa mempengaruhi ide-ide generasi muda, dan menggambarkan sosok pembaharu pemikiran Islam. Sehingga desoekarnoisasi bisa dilawan, dan dapat digambarkan secara utuh Bung Karno yang dihormati di Indonesia dan luar negeri," usul Mu’ti. 

‎Haedar mengatakan Muhammadiyah siap untuk memberikan sumbang saran pemikiran terhadap PDIP sebagai partai terbesar di MPR dan DPR apabila ingin melakukan kajian akademis terhadap kemungkinan dilakukannya amandemen UUD Negara RI 1945 untuk merekontruksi pembangunan nasional melalui GBHN/PNSB dengan cara memberikan kewenangan MPR untuk kembali dapat menyusun dan menetapkan GBHN/PNSB. 

‎Haedar menjelaskan dalam muktamar Muhammadiyah beberapa waktu lalu menelurkan Dokumen Negara Pancasila. Dia juga menjelaskan sejumlah pakar Muhammadiyah juga melakukan penelaahan dan membukukan Indonesia Berkemajuan, Rekonstruksi Kehidupan Kebangsaan yang Bermakna dan Revitalisasi Visi dan Karakter Bangsa. Buku-buku tersebut diserahkan Haedar kepada Hasto diakhir pertemuan. Sementara Hasto menyerahkan buku Dibawah Bendera Revolusi, buku Sarinah dan buku Gerak Sejarah Partai Banteng. ‎

‎ "Kami merasakan ada sesuatu yang hilang dalam perkembangan politik Indonesia setelah era reformasi meskipun ada juga sejumlah hal yang positif," kata Haedar. [ysa]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Pemkot Bogor Kini Punya Gedung Pusat Kegawatdaruratan

Senin, 29 Desember 2025 | 10:12

Dana Tunggu Hunian Korban Bencana Disalurkan Langsung oleh Bank Himbara

Senin, 29 Desember 2025 | 10:07

1.392 Personel Gabungan Siap Amankan Aksi Demo Buruh di Monas

Senin, 29 Desember 2025 | 10:06

Pajak Digital Tembus Rp44,55 Triliun, OpenAI Resmi Jadi Pemungut PPN Baru

Senin, 29 Desember 2025 | 10:03

Ketum KNPI: Pelaksanaan Musda Sulsel Sah dan Legal

Senin, 29 Desember 2025 | 09:51

Bukan Soal Jumlah, Integritas KPU dan Bawaslu Justru Terletak pada Independensi

Senin, 29 Desember 2025 | 09:49

PBNU Rukun Lagi Lewat Silaturahmi

Senin, 29 Desember 2025 | 09:37

PDIP Lepas Tim Medis dan Dokter Diaspora ke Lokasi Bencana Sumatera

Senin, 29 Desember 2025 | 09:36

Komisi I DPR Desak Pemerintah Selamatkan 600 WNI Korban Online Scam di Kamboja

Senin, 29 Desember 2025 | 09:24

Pengakuan Israel Atas Somaliland Manuver Berbahaya

Senin, 29 Desember 2025 | 09:20

Selengkapnya