. Dengan ditetapkannya Direktur Utama PT. Pelabuhan Indonesia (Pelindo) Richard Joost Lino sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) membuktikan bahwa adanya ketidakberesan manajemen di BUMN pelabuhan tersebut.
"Kesalahan tata kelola tersebut juga meliputi masalah ketenagakerjaan yang terjadi di Pelindo II dan anak perusahaannya JICT," ujar Ketua Serikat Pekerja PT. Jakarta International Container Terminal (SP JICT) Nova Hakim di Jakarta, Minggu (20/12).
Kebijakan kontroversial ini, katanya, kerap dijalankan secara sepihak oleh Dirut Pelindo II tanpa mengindahkan aturan perusahaan dan undang-undang.
Selain itu dalam upayanya mengkritisi kebijakan pengadaan barang/jasa yang bermasalah sampai perpanjangan kontrak JICT yang melanggar UU dan merugikan negara, para karyawan mendapatkan berbagai macam intimidasi hak-hak karyawan.
Terkait dengan hal tersebut, lanjutnya, SP JICT mendesak pemerintah untuk menjalankan rekomendasi Panitia Khusus (Pansus) Angket Pelindo II DPR. Yaitu menghentikan pelanggaran terhadap UU serikat pekerja dengan menghentikan aktivitas pemberangusan serikat pekerja (union busting) yang gencar dilakukan oleh manajemen Pelindo II bersama-sama manajemen JICT.
Selanjutnya, karyawan Pelindo II dan 38 karyawan outsourcing yang mengalami PHK agar dipekerjakan kembali. Selain itu mencabut mutasi dan demosi sepihak terhadap puluhan Karyawan JICT. Semua PHK, mutasi dan demosi dilakukan karena karyawan tersebut melakukan aksi dalam rangka penyelamatan aset strategis bangsa.
SP JICT juga menghimbau agar diangkatnya karyawan kontrak dan outsourcing di Pelindo II dan JICT yang mengerjakan core business untuk menjadi karyawan tetap sesuai putusan MK no 7/PUU/XII/2014.
"Demi menghormati DPR RI sebagai lembaga tinggi negara dan proses hukum yang sedang berjalan, sudah sepantasnya RJ Lino segera diberhentikan dari jabatannya sebagai Direktur Utama Pelindo II," pungkasnya.
Jumat (18/12), KPK menetapkan Dirit PT. Pelindo II RJ Lino sebagai tersangka korupsi pengadaan Quay Container Crane tahun anggaran 2010.
[rus]