Praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) terkenal "jagoan," karena sering terlibat kasus kekerasan fisik. Kasus terbaru, penganiayaan taruna Akademi Militer (AKMIL) yang tengah studi banding di kampus IPDN, Jatinangor, Jawa Barat. Kasus ini jadi pembicaraan netizen.
Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo bereaksi keras menyikapi kasus ini. Tjahjo memerintahkan para pengasuh dan pejabat IPDN melakukan evaluasi.
"Para pengasuh pembina samÂpai pejabat IPDN harus evaluasi, klarifikasi," perintah Tjahjo, Jumat (27/11) kemarin.
Tjahjo juga memerintahkan agar para praja yang melakukan pemukuÂlan dipecat. "Yang tanggung jawab, ya maaf terpaksa saya berhentikan," tandasnya.
Tjahjo meyakini berulangkali kasus kekerasan praja IPDN terÂjadi karena kelalaian dan kesalahan pengawasan,serta kesalahan pembiÂnaan pengasuh dan pejabat kampus pamong praja itu.
Mayoritas netizen juga menyeÂsalkan dan mengecam praja IPDN untuk kesekian kalinya melakukan aksi kekerasan.
Pengguna akun @wakadol2012, misalnya, mengaku bosan mendaÂpat kabar aksi kekerasan berulangÂkali terjadi di kampus kedinasan Kementerian Dalam Negeri itu. "IPDN lagi... hadeuhhh," keluhÂnya.
Pemilik akun @suri1025 heran kenapa sekolah yang seharusnya memberikan teladan baik, tapi sering terjadi perilaku tidak baik.
"Kenapa kasus seperti ini terus terulang, bahkan sudah beberapa korban jiwa sia-sia, pelaku harus dikeluarkan," katanya.
Netizen yang lain mengingatkan Menteri Tjahjo tentang pendapat Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama alias Ahok ihwal IPDN.
"Menyedihkan! AHOK sudah warning! Mendagri harus cepat ambil langkah tegas!" cuit akun @ wahyonokuP.
Akun @GibranMedia menyuaraÂkan kembali desakan pembubaran sekolah tinggi yang bermarkas di Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat itu. Karena terlalu sering kasus kekerasan terjadi di kampus itu hingga tak bisa lagi disebut sebagai ulah oknum.
"Bubarkan saja IPDN. Dari dulu prajanya bermasalah dengan kekÂerasan!" desaknya.
Dukungan pembubaran IPDN juga disuarakan akun @Jajangsv. Menurut dia, pada masa kini IPDN sudah tidak berperan menyediakan pegawai negeri berkualitas. Apalagi, di banyak daerah sudah menerapkan lelang jabatan untuk merekrut pejaÂbat daerah.
"Bubarkan IPDN, nggak ada gunanya. Ngapain mereka mukulin taruna AKMIL. Sudah jelas-jelas beda level. AKMIL jauh lebih berÂguna dari IPDN," tuturnya.
Akun @resat_meran mendesak Menteri Tjahjo serius menyelidiki kasus pemukulan taruna Akmil. "Mendagri jangan cuma gertak samÂbal, betul-betul taruna IPDN tersebut harus dipecat," ucapnya.
Netizen @danang_99fm tidak yakin para praja IPDN penganiaya taruna Akmil akan diberi hukuman berat, "Yakin boss dipecat???"
Pada jejaring sosial Kaskus, kasus ini juga ramai dibicarakan netizen. Akun Darpox menyayangkan kasus kekerasan kembali terjadi di IPDN terjadi lagi. Padahal, para alumni kampus itu sering klaim sekolah mereka sudah berbenah.
"Kata Ikatan Alumni IPDN, di IPDN sudah tidak ada kekerasan lagi," ujarnya.
Akun Gzuron kesal dengan sikap konyol para praja IPDN terhadap para taruna AKMIL yang berÂtamu di kampus itu. "Kampret... Menghormati tamu seperti itu.. Sialan..," kecamnya.
Kaskuser minori2 mengatakan, terulangnya kasus kekerasan di IPDN pertanda tradisi kekerasan belum hilang dari kampus itu.
"Ternyata budaya kekerasan seÂnior masih belum hilang juga di kampus ini," sesalnya.
Akun on.rhad mengingatkan para praja IPDN untuk tidak melakukan tindakan kekerasan terhadap siapa pun.
"Hati-hati bertindak kawan. Kalau sampai dipecat, nggak kebayang penyesalan si Praja IPDN kayak gimana, gara-gara mukul bayangan masa depan langsung nggak jelas," nasihatnya.
Disebutkan pada 19 November malam dugaan pemukulan itu terjaÂdi. Taruna Akmil junior itu bersama rekan-rekannya tengah melakukan studi banding di kampus IPDN.
Namun pada malam hari, ada dua taruna Akmil yang dibawa senior Praja IPDN dan dipukul. Alasannya dua taruna AKMIL itu foto-foto di area terlarang.
Sementara itu, Kepala Humas IPDN Bisri yang dikonfirmasi Media Online mengenai peristiwa ini belum bisa berkomentar. Sedang Kepala Bagian Pengasuhan Amrin yang dikonfirmasi hanya memberi jawaÂban singkat.
"Ini masih diproses. Nanti ya teleÂpon lagi,"ujar Amrin yang mengaku tengah berkendara. ***