Berita

net

Hukum

Tidak Ada Unsur Jaksa Di Capim KPK Cuma Alasan DPR

JUMAT, 27 NOVEMBER 2015 | 03:40 WIB | LAPORAN:

Pakar psikologi politik Universitas Indonesia Profesor Hamdi Muluk mengaku setuju dengan gertakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terhadap DPR, atas rencana penolakan 10 calon pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi yang diajukan pemerintah.  

"Setuju. Saya juga kalau presiden akan melakukan itu," ucapnya di Jakarta, Kamis malam (26/11).

Menurut Hamdi, Jokowi sudah tepat mendorong DPR agar pemilihan pimpinan KPK tidak terlambat. Pasalnya, pada 16 Desember nanti, masa tugas pimpinan KPK yang saat ini akan habis. Kalau DPR tetap mempermasalahkan sehingga pemilihan jadi terlambat maka yang salah adalah parlemen sendiri.


Hamdi sangat heran dengan sikap DPR yang mempermasalahkan tidak adanya unsur jaksa dalam 10 calon pimpinan KPK yang diajukan pemerintah.

"Kan sudah berkali-kali dibahas bahwa tidak ada ketentuan mutlak harus ada unsur jaksa. DPR ini aneh. Ini kan untuk kepentingan bangsa," jelasnya.

Kalau 10 nama calon pimpinan KPK dikembalikan, lanjutnya, akan butuh waktu panjang lagi. Pansel KPK harus kembali seleksi dari awal, membuka pendaftaran, melakukan penelusuran jejak rekam, sampai wawancara.

"Prosesnya bisa empat bulan lebih. Sementara, pertengahan bulan depan masa jabatan pimpinan KPK akan habis," kata Hamdi.

Hamdi mengakui, dari 10 nama yang ajukan pemerintah tidak ada yang sempurna. Namun baginya, nama-nama itu sudah cukup baik dan tidak ada masalah. Apalagi, dalam proses seleksi calon itu, Pansel terus dipelototi oleh berbagai lapisan masyarakat.

"Kalau Pansel tidak bekerja dengan benar, dari awal pasti publik sudah teriak. Pemantau-pemantau Pansel kan banyak. Aneh betul jika 10 hasil seleksi Pansel dianggap tidak ada memenuhi syarat," jelasnya.

Ditambahkan Hamdi, yang dilakukan DPR saat ini hanya mencari-cari alasan. Bisa jadi memang ada upaya DPR untuk melemahkan KPK.

"Jika kondisinya seperti ini, wajar jika masyarakat bertanya-tanya, apa ada kepentingan di DPR," tandasnya. [wah] 

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Demokrat: Tidak Benar SBY Terlibat Isu Ijazah Palsu Jokowi

Rabu, 31 Desember 2025 | 22:08

Hidayat Humaid Daftar Caketum KONI DKI Setelah Kantongi 85 Persen Dukungan

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:57

Redesain Otonomi Daerah Perlu Dilakukan untuk Indonesia Maju

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:55

Zelensky Berharap Rencana Perdamaian Bisa Rampung Bulan Depan

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:46

Demokrasi di Titik Nadir, Logika "Grosir" Pilkada

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:37

Demokrat: Mari Fokus Bantu Korban Bencana, Setop Pengalihan Isu!

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:35

Setoran Pajak Jeblok, Purbaya Singgung Perlambatan Ekonomi Era Sri Mulyani

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:14

Pencabutan Subsidi Mobil Listrik Dinilai Rugikan Konsumen

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:02

DPRD Pastikan Pemerintahan Kota Bogor Berjalan

Rabu, 31 Desember 2025 | 20:53

Refleksi Tahun 2025, DPR: Kita Harus Jaga Lingkungan!

Rabu, 31 Desember 2025 | 20:50

Selengkapnya