Ada beberapa faktor yang membuat anjlok saham Freeport-McMoran Inc (FCX) di Bursa Efek New York, Amerika Serikat. Kemarin, pada penutupan perdagangan saham tersebut terjun bebas dari posisi USD11,75 hingga menjadi USD8,3.
Faktor pertama, menurut Kepala Riset NHKSI, Reza Priyambada, adalah kegaduhan mengenai perpanjangan kontrak karya Freeport di Indonesia.
"Gaduhnya Freeport di Indonesia berpengatuh terhadap saham Freeport-McMoran di pasar global. Ada, namun tidak terlalu signifikan," ujar dia dalam surat elektronik yang diterima redaksi, Rabu (25/11).
Faktor kedua, karena harga komoditas tambang saat ini sedang mengalami pelemahan.
"Investor global tentu melihat sentimen yang ada di Indonesia. Sentimen pergerakan harga komoditas dan sentimen kondisi Freeport yang ada di indonesia. Mereka memantau apakah operasional Freeport terganggu atau tidak terkait polemik yang ada di Indonesia," jelasnya.
Untuk diketahui, kejatuhan Saham Freeport menyentuh level terendah sejak 1999 ke level USD8 pada 23 November 2015. Sentimen yang ada di Indonesia saat itu adalah dugaan pencatutan nama Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla merebak dan menyeret nama Ketua DPR Setya Novanto.
Dalam laporan kinerja perusahaan, Freeport-McMoRan pemilik 90,64 persen saham PT Freeport Indonesia mengalami rugi bersih USD8,15 miliar sepanjang Januari-September 2015. Penurunan laba bersih tersebut dikarenakan rendahnya harga komoditas pertambangan serta minyak dan gas bumi (migas). Kerugian Freeport-McMoRan juga disebabkan oleh berkurangnya jumlah pendapatan perusahaan sebesar 25,43 persen menjadi USD 12,08 miliar. Sementara kuartal III, Freeport mengalami penurunan pendapatan 35,37 persen menjadi USD 3,68 miliar dari periode yang sama di 2014 sebesar USD5,69 miliar.
Akibat beban operasional yang meningkat signifikan sepanjang Juli-September 2015, Freeport-McMoRan mengalami rugi bersih sebesar US$ 3,83 miliar dari sebelumnya mencatatkan untung US$ 552 juta.
[sam]