. Sebanyak 1.450.000 koleksi Presiden Soekarno, mulai dari tulisan, pidato, hingga tempat tidur, dikumpulkan dalam sebuah perpustakaan dan museum Bung Karno di Jalan Raya Puputan, Denpasar, Bali.
Gedung Perpustakaan dan Museum Bung Karno yang menyimpan jejak sejarah dan perjuangan Sang Proklamator ini diresmikan Presiden Ke-5 Indonesia, Megawati Soekarno Putri.
Megawati, yang juga Ketua Umum PDI Perjuangan, mendandatangani prasasti, sebagai simbol dibukanya perpustakaan dan museum bagi masyarakat yang ingin belajar sejarah dan pernak-pernik hidup Bung Karno. Hadir mendampingi Megawati, Istri Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Bintang Puspayoga, Ketua DPP PDI Perjuangan Prananda Prabowo, Wasekjen DPP PDI Perjuangan Eriko Sotarduga, anggota DPR dari Fraksi PDI Perjuangan Rieke Diah Pitaloka, Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali I Wayan Koster, dan Ketua Yayasan Perpustakaan Bung Karno Gus Marhaen.
Menurut Gus Marhaen, museum juga mengoleksi benda pusaka yang mewarnai jalan hidup Bung Karno sejak masih kecil hingga memimpin Indonesia, seperti kursi, radio, dan tempat tidur yang pernah dibeli dan dipakai di kediamannya. Ada juga koleksi lukisan dan ratusan foto sejarah terkait hidup Bung Karno.
"Ada yang asli dan ada yang hasil reproduksi. Terima kasih kepada Ibu Megawati atas kesediannya meresmikan gedung ini. Semoga generasi penerus bangsa bisa menikmati pemikiran dan prinsip-prinsip yang dipegang Bung Karno semasa hidupnya," ujar Gus Marhaen dalam pidato sambutannya.
Ia menyakini, para pengunjung akan tersentak saat melihat salah satu foto bersejarah di museum bernuansa bangunan khas Bali itu. Foto tersebut bercerita tentang ketangguhan dan semangat Megawati sebagai penerus perjuangan Presiden Soekarno.
"Foto itu, hasil reproduksi dari foto yang dibuat pada tahun 1970-an. Ada dua bintang utama, yakni Bu Mega dan putra keduanya Prananda Prabowo, yang kini menjadi salah satu Ketua DPP PDI Perjuangan. Kami merinding melihat foto itu," kata Gus Marhaen.
Karenanya, lanjut dia, dirinya mengambil inisiatif untuk menyandingkan foto tersebut dengan hasil wawancara Megawati di surat kabar
Dwiwarna. Wawancara itu dilakukan setelah Megawati melahirkan, Prananda Prabowo, 23 April 1971, sementara tiga bulan sebelumnya suami pertama Megawati dikabarkan hilang karena kecelakaan pesawat TNI AU.
"Perasaan saya setelah dianugrahi putra kedua ini tentu bahagia bercampur rasa sedih dan terharu. Sebab, kelahirannya tanpa ditunggu oleh ayahnya," kata Gus Marhaen mengutip publikasi wawancara Megawati di surat kabar Dwiwarna.
Dalam wawancara itu, sambung dia, Megawati juga mengungkapkan asal nama Prananda, serta harapan agar putranya itu melanjutkan cita-cita sang ayah dan kakeknya, Soekarno, dalam berjuang untuk keagungan rakyat dan bangsa. "Insya Allah putra-putra saya ini melanjutkan cita-cita sang ayah, terutama meneruskan cita-cita perjuangan kakeknya," cetus Gus Marhaen disambut tepuk tangan.
Dalam tulisan publikasi
Dwiwarna itu, Megawati mengaku meletakkan harapan kepada putra-putranya untuk melanjutkan cita-cita sang ayah dan yang terutama meneruskan cita-cita perjuangan kakeknya, Soekarno, dalam keagungan rakyat dan bangsa. Di tulisan itu, ketahuan bahwa nama asli Prananda adalah Muhammad Prananda Prabowo Sura Megendra Karna Djaja, yang merupakan gabungan usulan dari Fatmawati (nenek), Dr.Dadi (kakek), dan Guruh (paman).
[ysa]