Berita

Bisnis

Perburuk Sektor Perkebunan, Pajak Ekspor CPO Harus Dicabut

MINGGU, 22 NOVEMBER 2015 | 06:39 WIB | LAPORAN: ADE MULYANA

Kebijakan pemerintah menetapkan pajak ekspor crude palm oil (CPO) sebesar 50 dolar AS per ton berdampak buruk bagi sektor perkebunan dan industri CPO.

"Penerapan pajak ekspor CPO telah meyebabkan harga TBS (Tandan Buah Segar) terjun bebas hingga Rp 300 hingga Rp 500 perkilogram. Sebelum penerapan pajak ekspor CPO, harga TBS terakhir pada bulan Juli 2015 masih di kisaran Rp 800 hingga Rp 1100," kata Wakil Ketua Umum Bidang Perkebunan dan Pertanian Federasi Serikat Pekerja BUMN Bersatu, Gatot Triyono, Minggu (22/11).

Dikatakan Gatot, jatuhnya harga TBS berdampak pada kesulitan petani sawit untuk pembiayaan perawatan kebun sawit, seperti kurangnya pemupukan. Kondisi ini juga berdampak pada kemampuan petani untuk membayar angsuran bulanan dan kredit pinjaman pembangunan kebun sawit dari bank-bank, yang pada akhirnya akan berdampak pada kredit macet di sektor perbankan.


Sektor usaha UKM di sekitar perkebunan sawit seperti pedagang klontong dan rumah makan juga sudah banyak berteriak akibat turunnya omset mereka dan menumpuknya tagihan hutang akibat turunnya daya beli petani sawit dan pekerja perkebunan.

Penerapan pajak ekpor CPO sebesar 50 dolar AS juga telah meyebabkan pekerja di perusahan-perusahaan perkebunan  baik pekerja harian maupun pekerja kontrak mengalami PHK. PHK tak bisa dihindarkan seiring menurunnya produksi CPO yang dipengaruhi oleh menurunnya permintaan. Permintaan CPO dari produsen CPO  Malaysia lebih dipilih karena harganya lebih murah.

Dia mengingatkan Presiden Jokowi bahwa kebijakan pengenaan pajak ekspor CPO juga akan berdampak pada penguatan rupiah akibat turunnya pendapatan devisa ekspor dari CPO. Padahal, selama ini CPO merupakan penyumbang terbesar pemasok devisa ekspor.

"Karena itu, kebijakan pajak ekspor CPO harus direvisi dan bila perlu dicabut. Karena kebijakan tersebut sangat kontra produktif dan meyebabkan menurunnya Investasi baru disektor perkebunan sawit," tukas Gatot.[dem]

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Trump Serang Demokrat dalam Pesan Malam Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 16:04

BUMN Target 500 Rumah Korban Banjir Rampung dalam Seminggu

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:20

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Gibran Minta Pendeta dan Romo Terus Menjaga Toleransi

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:40

BGN Sebut Tak Paksa Siswa Datang ke Sekolah Ambil MBG, Nanik: Bisa Diwakilkan Orang Tua

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:39

Posko Pengungsian Sumut Disulap jadi Gereja demi Rayakan Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:20

Banyak Kepala Daerah Diciduk KPK, Kardinal Suharyo Ingatkan Pejabat Harus Tobat

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:15

Arsitektur Nalar, Menata Ulang Nurani Pendidikan

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:13

Kepala BUMN Temui Seskab di Malam Natal, Bahas Apa?

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:03

Harga Bitcoin Naik Terdorong Faktor El Salvador-Musk

Kamis, 25 Desember 2025 | 13:58

Selengkapnya