Berita

setya novanto dan jokowi

Presiden Dicatut Untuk Minta Saham, Bukti Jokowi Tak Punya Wibawa

KAMIS, 19 NOVEMBER 2015 | 22:27 WIB | LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR

Dugaan bahwa sektor pertambangan selama ini menjadi sarang permainan oligarki hitam menjadi semakin terbukti.

Hal ini seiring dengan terungkapnya pembicaraan bahkan pencatutan nama Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk meminta saham Freeport.

Pembicaraan tersebut melibatkan Ketua DPR Setya Novanto bersama pengusaha Riza Chalid dengan Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Maroef Sjamsoeddin.


Demikian disampaikam Direktur Kawasan Timur Indonesia yang juga Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Politik Universitas Indonesia, Razikin Juraid, dalam keterangan persnya (Kamis, 19/11).

"Pencatutan nama Presiden dan Wapres oleh Setya Novanto dalam pertemuan tersebut paling tidak memberikan pesan tiga hal," sambung Razikin.

Pertama, wibawa Presiden dan Wapres sedang mengalami degradasi sehingga Setya Novanto punya keberanian untuk mencatut nama kedua pemimpin RI tersebut. Kedua, Setya Novanto merupakan orang yang memiliki kekutan bekingan politik.

"Ini terbukti dari beberapa kasus yang disebut-sebut Novanto terlibat, yang bersangkutan selalu lolos bahkan karier politiknya semakin menanjak dengan menduduki posisi Ketua DPR RI," ungkapnya.

Ketiga, Setya Novanto dengan jabatannya sebagai Ketua DPR dengan mudah membangun komunikasi dengan perusahan-perusahan besar untuk mengambil untung dalam pembagian saham.

Karena itu, menurutnya, Presiden dan Wapres harus punya ketegasan terkait dengan pencatutan namanya, mestinya tidak sekedar didorong ke MKD harus lanjut ke tindakan penyalahgunaan wewenang.

"Sebetulnya KPK dan Polri harus proaktif untuk mengungkap kasus ini. Karena saya menduga banyak mafia yang mengincar saham Freeport apalagi jelang negosiasi perpanjangan kontrak karya yang akan berakhir beberapa tahun ke depan," katanya mengingatkan.

"Dalam konteks semua itu, Presiden harus betul-betul menjadikan kepentingan rakyat dan Negara dengan berpijak pada UUD dalam negosiasi kontrak karya PT Freeport," tandasnya. [zul]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

Makin Botak, Pertanda Hidup Jokowi Tidak Tenang

Selasa, 16 Desember 2025 | 03:15

UPDATE

Bawaslu Usul Hapus Kampanye di Media Elektronik

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:26

Huntap Warga Korban Bencana Sumatera Mulai Dibangun Hari Ini

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:25

OTT Jaksa Jadi Prestasi Sekaligus Ujian bagi KPK

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:11

Trauma Healing Kunci Pemulihan Mental Korban Bencana di Sumatera

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:42

Lula dan Milei Saling Serang soal Venezuela di KTT Mercosur

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:35

Langkah Muhammadiyah Salurkan Bantuan Kemanusiaan Luar Negeri Layak Ditiru

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:24

Jadi Tersangka KPK, Harta Bupati Bekasi Naik Rp68 Miliar selama 6 Tahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:56

Netanyahu-Trump Diisukan Bahas Rencana Serangan Baru ke Fasilitas Rudal Balistik Iran

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:32

Status Bencana dan Kritik yang Kehilangan Arah

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:55

Cak Imin Serukan Istiqomah Ala Mbah Bisri di Tengah Kisruh PBNU

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:28

Selengkapnya