Berita

joko widodo/net

Bisnis

Soal TPP, Jokowi dan Thomas Lembong Kebolak-balik

SABTU, 14 NOVEMBER 2015 | 16:19 WIB | LAPORAN:

Ekonom senior, Faisal Basri, merasa aneh dengan pernyataan Presiden Joko Widodo yang merasa tertarik bergabung dalam Trans Pacific Partnership (TPP), sebuah blok perdagangan regional gagasan Amerika Serikat yang sudah diisi 12 negara dengan ekonomi kuat.

Diduga, saat menyatakan ketertarikannya di hadapan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, belum ada kajian pemerintah atas untung atau rugi jika bergabung dengan TPP.

"Jokowi tidak bisa mengatakan saya tertarik. Jokowi tertarik, lalu Menteri Perdagangan (Thomas Lembong)-nya bilang, 'kami baru akan melakukan kajian'. Loh, harusnya kajian dulu baru bilang tertarik atau enggak, kan? Ini kebolak-balik. Ini yang agak repot," kata Faisal dalam diskusi Dunia Usaha di Antara Kepentingan Nasional dan Persaingan Global, di bilangan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (24/11).


Seharusnya, tambah Faisal, pemerintah memiliki "roadmap". Setiap perjanjian tentu mengandung untung-rugi, karena itu tiap pemerintah berhak memberikan daftar pengecualian apa saja industri yang boleh masuk ke negaranya.

"Tugas negara adalah dalam proses sampai dilaksanakan itu, mempersiapkan agar industri tertentu yang tidak efisien yang pasti digilas oleh globalisasi, oleh kerjasama regional, punya waktu untuk pindah ke industri lain yang lebih unggul," jelasnya.

Jika ada industri dalam negeri tidak unggul, maka industri tersebut bisa berpindah sektor ke industri lain yang lebih unggul. Waktu transisi selama 10 tahun dapat digunakan untuk melatih ulang karyawan di perushaaan-perusahaan terkait.

Ditekankannya lagi, tugas dan kewajiban pemerintah untuk memberi pengawalan dan perlindungan terhadap industri dalam negeri.

Globalisasi tidak terjadi di surga, tapi terjadi di dunia. Kan yang diuntungkan bayar pajaknya lebih banyak, pajak itu nantinya dialokasikan untuk melakukan training ke sektor yang tidak siap,” tambahnya. [ald]

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Pakar Tawarkan Framework Komunikasi Pemerintah soal Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 05:32

Gotong Royong Perbaiki Jembatan

Kamis, 25 Desember 2025 | 05:12

UU Perampasan Aset jadi Formula Penghitungan Kerugian Ekologis

Kamis, 25 Desember 2025 | 04:58

Peresmian KRI Prabu Siliwangi-321 Wujudkan Modernisasi Alutsista

Kamis, 25 Desember 2025 | 04:39

IPB University Gandeng Musim Mas Lakukan Perbaikan Infrastruktur

Kamis, 25 Desember 2025 | 04:14

Merger Energi Fusi Perusahaan Donald Trump Libatkan Investor NIHI Rote

Kamis, 25 Desember 2025 | 03:52

Sidang Parlemen Turki Ricuh saat Bahas Anggaran Negara

Kamis, 25 Desember 2025 | 03:30

Tunjuk Uang Sitaan

Kamis, 25 Desember 2025 | 03:14

Ini Pesan SBY Buat Pemerintah soal Rehabilitasi Daerah Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 02:55

Meneguhkan Kembali Jati Diri Prajurit Penjaga Ibukota

Kamis, 25 Desember 2025 | 02:30

Selengkapnya