PT Pertamina dinilai banyak mengabaikan pengusaha lokal untuk melaksanakan proyek-proyek di dalamnya. Perusahaan pelat merah itu disebut-sebut lebih banyak menyerahkan proyek-proyeknya kepada pengusaha asing.
Salah satu contoh adalah dimenangkannya perusahaan asal Cina Weifang dalam sebuah proyek di Kilang Dumai. Padahal terdapat perusahaan lokal yang sudah terbukti kompeten untuk melaksanakan proyek tersebut. Bahkan tidak hanya perusahaan Weifang, masih banyak proyek Pertamina yang cenderung ada keberpihakan kepada asing.
Pengamat dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Salamuddin Daeng memandang tidak sewajarnya Pertamina melakukan hal itu. Bila betul Pertamina mengabaikan pengusaha lokal, berarti sudah mengabaikan tugasnya utamanya sebagai bagian dari BUMN.
"Pertamina sebagai bagian dari BUMN penggerak ekonomi, partnernya harus memprioritaskan lokal anak bangsa, karena itu sebagai bentuk memajukan usaha-usaha nasional, sehingga harus dikerjakan pengusaha nasional, agar bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa bangsa Asia lainnya," kata Salamuddin Daeng kepada wartawan di Jakarta, Selasa (10/11).
Salemuddin pun mengingatkan, modal Pertamina maupun BUMN lainnya didukung oleh pemerintah, sehingga dalam belanja dan usahanya tetap harus mengutamakan pengusaha lokal. Kendati begitu, tidak ada larangan Pertamina menggunakan pengusaha asing jika memang pengusaha lokal tidak memenuhi syarat.
Ia juga menegaskan bahwa secara keseluruhan, kerja sama yang dilakukan Pertamina maupun BUMN harus dievaluasi. Ini sangat penting dilakukan, karena tugas BUMN adalah menyejahterakan rakyat.
"Jangan-jangan partner BUMN-BUMN kita asing," cetusnya.
[wid]