Berita

ilustrasi/net

Bisnis

Pertamina Geothermal Energy Rugi Rp 196 Miliar Per Tahun

Turbin PLTP Unit I Kamojang Ngadat
SELASA, 03 NOVEMBER 2015 | 10:33 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Kerusakan turbin pada Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Unit I Kamojang, di Bandung Jawa Barat berpotensi membuat PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) rugi. Tak tanggung-tanggung, potential lost yang bakal dialami anak usaha PT Pertamina Persero ini mencapai 14 juta dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp 196 miliar per tahun.

Akibat kerusakan ini, PGE Area Kamojang terpaksa menghentikan aktivitas produksi (shutdown) sumur I sejak April 2014. PLTP Unit I Kamojang sendiri dioperasikan oleh PT Indonesia Power.

Vice President Corporate Communication Pertamina, Wianda Pusponegoro mengatakan, Pertamina selaku induk usaha PGE akan melakukan koordinasi dengan PT PLN Persero yang merupakan induk usaha Indonesia Power.


"Kita sudah lakukan pembicaraan dan terus berkoordinasi terkait kerusakan turbin di PLTP Unit I Kamojang. Kewenangan kegiatan operasional PLTP Kamojang Unit I berada di tangan Indonesia Power, jika penanganan turbin cepat selesai, produksi juga bisa berjalan dan kerugian bisa dihindari," kata Wianda kepada Rakyat Merdeka.

Ia menambahkan, Pertamina berharap perbaikan bisa segera dilakukan mengingat peran PLTP Kamojang sangat vital guna memperkuat pasokan listrik.

Sementara bagi Pertamina, PLTP Kamojang memiliki peran penting untuk masuk ke era bisnis total project panas bumi. Pasalnya, untuk Unit I PLTP Kamojang, Pertamina menggarap panas bumi menjadi uap dan dijual untuk pembangkit listrik PLN.

General Manager PGE Area Kamojang, Wawan Darmawan menambahkan, PGE Area Kamojang sudah menghentikan aktivitas produksi penyaluran uap ke PLTP Unit I sejak April 2014. Jika dihitung antara potensi uap yang dihasilkan dari Unit I dan harga jual uapnya, diperkirakan potential lost yang harus ditanggung PGE sebesar 14 juta dolar atau sekitar Rp 196 miliar per tahun.

"Sampai saat ini kita belum dapat kepastian kapan penyaluran uap bisa kembali dijalankan, karena turbin Unit I masih bermasalah. Kewenangan kegiatan operasional PLTP Kamojang Unit I berada di tangan Indonesia Power sebagai pemilik pembangkit. Kami berharap PLTP Kamojang unit I kembali bisa menyerap uap panas bumi yang dijual PGE pada akhir 2016 atau awal 2017," ujar Wawan.

Ia melanjutkan, bisnis pengembangan panas bumi di Kamojang, PT Pertamina menggunakan dua skema bisnis yakni skema upsteam project (jual uap) dan skema total project (jual listrik). Dari lima unit pembangkit yang ada di PLTP Kamojang, unit I, II dan III, menggunakan skema upstream project, sementara unit 4 dan 5, pola bisnisnya total project.

Untuk PLTP unit 1-3, PT Pertamina Geothermal menjual uap kepada PT Indonesia Power, anak perusahaan PT PLN (persero). Harga jual uap untuk tiga unit pembangkit tersebut sebesar 6,2 sen dolar AS.

Sementara untuk kegiatan total project unit 4 dan 5, harga jual masing-masing 9,7 sen dolar AS per kWh dan 9,4 sen dolar AS per kWh. Jual beli uap dan listrik di PLTP Kamojang, terikat dalam kontrak jangka panjang 30 tahun.

"Untuk Unit I, Tanggung jawab PGE hanya menyuplai uap yang selanjutnya diproses lebih lanjut untuk menghasilkan listrik. Jika memang sudah dilakukan perbaikan, tinggal dihidupkan lagi. Salah satu keunggulan karakteristik panas bumi dari Kamojang adalah menghasilkan 99 persen uap dan salah satu terbaik di dunia. Jadi, setelah shutdown, tidak membutuhkan treatment tertentu, tinggal dihidupkan dan bisa berjalan seperti sedia kala," papar Wawan.

Ia menambahkan, dari lima unit pembangkit listrik di area Kamojang dengan total daya listrik yang dihasilkan sebesar 230 Megawatt (MW). Pada Juli lalu, Pertamina sudah meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang Unit V yang juga dibangun oleh PGE dengan menggandeng konsorsium PT Rekayasa Industri dan Sumitomo sebagai pelaksana Engineering Procurement and Construction (EPC). PLTP Kamojang Unit 5 dirancang berkapasitas 35 MW dengan nilai investasi sekitar 104 juta dolar AS atau sekitar Rp 1,35 triliun. ***

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Pakar Tawarkan Framework Komunikasi Pemerintah soal Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 05:32

Gotong Royong Perbaiki Jembatan

Kamis, 25 Desember 2025 | 05:12

UU Perampasan Aset jadi Formula Penghitungan Kerugian Ekologis

Kamis, 25 Desember 2025 | 04:58

Peresmian KRI Prabu Siliwangi-321 Wujudkan Modernisasi Alutsista

Kamis, 25 Desember 2025 | 04:39

IPB University Gandeng Musim Mas Lakukan Perbaikan Infrastruktur

Kamis, 25 Desember 2025 | 04:14

Merger Energi Fusi Perusahaan Donald Trump Libatkan Investor NIHI Rote

Kamis, 25 Desember 2025 | 03:52

Sidang Parlemen Turki Ricuh saat Bahas Anggaran Negara

Kamis, 25 Desember 2025 | 03:30

Tunjuk Uang Sitaan

Kamis, 25 Desember 2025 | 03:14

Ini Pesan SBY Buat Pemerintah soal Rehabilitasi Daerah Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 02:55

Meneguhkan Kembali Jati Diri Prajurit Penjaga Ibukota

Kamis, 25 Desember 2025 | 02:30

Selengkapnya