Penetapan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional disambut baik para netizen. Tweeps menyebut, mencintai keragaman Tanah Air, jiwa patriot dan berakhlak mulia, merupakan etos kesantrian. Hanya Muhammadiyah yang menolak ada Hari Santri Nasional.
Puluhan ribu netizen menguÂcapkan selamat atas deklarasi Hari Santri Nasional oleh Presiden Joko Widodo di Masjid Istiqlal, Jakarta, kemarin. Dengan deklarasi ini, maÂka tanggal 22 Oktober setiap tahun diperingati sebagai Hari Santri.
Hingga kemarin siang, hastÂag #harisantri menjadi trending topic Twitter dengan lebih dari 42.200 mentions. Sementara hastag #selamatharisantrinasional dicuitkan 10.400 lebih netizen.
Sejumlah tokoh politik juga menyamÂbut baik kehadiran Hari Santri Nasional. Di antaranya, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyampaikan selaÂmat. Dia mengutip pernyataan populer Arab yang tidak diakui sebagai hadist oleh sejumlah ulama klasik yang terjeÂmahannya, mencintai negara sebagian dari iman.
"Selamat Hari Santri; Hubbul Wathon Minal Iman," kicau akun @ganjarpranowo, yang diketahui milik politisi PDI Perjuangan itu.
Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar, juga menyampaikan beberapa tweet tentang Hari Santri. Dia bilang, 70 tahun yang lalu, santri memainkan peran penting dalam perjuangan keÂmerdekaan Indonesia.
"Peran para tokoh santri sangat berpengaruh mencetuskan Perang Semesta Rakyat 22 Okt 1945 #HariSantri22Oktober," cuitnya melalui akun @cakiminpkb.
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Marwan Jafar mengatakan, kaum santri harus berterima kasih kepada Presiden Joko Widodo, karena sudah menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional.
"Dan diresmikanya Hari Santri Nasional oleh Presiden @jokowi ini menjadi suatu hal yang perlu kita apresiasi #HariSantri22Oktober," kata akun @marwan_jafar, yang juga politisi PKB itu.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar Ade Komaruddin, melalui akun @akom2005 juga mengucapkan selaÂmat. "Selamat #HariSantriNasional, teladan, keberanian dan kemandirian santri dapat menguatkan Indonesia kita," ujarnya.
Akun @sulthanfatoni mengatakan, dengan penetapan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional, berarti negara mengakui peran santri di negeri ini. "Kata 'santri' telah membangun peradaÂban sejak ratusan tahun lalu. Sekarang diposisikan secara terhormat oleh negara. Selamat Hari Santri," katanya.
Akun @GunRomli yang diketahui milik Guntur Romli, aktivis Jaringan Islam Liberal, mengutip ucapan Kiai Musthofa Bisri alias Gus Mus yang mengatakan, santri memiliki arti luas. Bukan sekadar seseorang yang menempuh pendidikan di pondok pesantren saja.
"Santri bukan yang mondok saja, tapi siapapun yang berakhlak sepÂerti santri, dialah santri ~Gus Mus #HariSantri," ciut Guntur Romli.
Akun @savicali menilai, santri yang sukses menjadi negarawan adalah Presiden keempat Indonesia, KH Abdurahman Wahid alias Gus Dur. "Memperingati Resolusi Jihad 1945, 22 Oktober ditetapkan sebaÂgai #HariSantri. Siapa santri paling keren yang kamu kenal? Kalau buat gue, Gus Dur," cuitnya.
Politikus Partai Demokrat Ulil Abshar Abdalla mengungkapkan, mencintai Indonesia dengan tulus merupakan bagian hidup seorang santri. Serta bertoleransi dengan keberagaman budaya yang ada.
"Cinta Tanah Air adalah bagian dari etos kesantrian. Cinta Tanah Air adalah juga mencintai keragaman yang ada di dalamnya. #HariSantri," kicaunya lewat akun @ulil.
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj menjelaskan, penetapan 22 Oktober sebagai Hari Santri karena Hadratussyeikh KHHasyim Asy'ari dan para ulama memproklamerÂkanResolusi Jihad pada 22 Oktober 1945.
Resolusi itu menggerakkan kaum santri untuk angkat senjata melawan penjajah. Dengan resolusi itu, para ulama memproklamirkan fatwa bahÂwa cinta Tanah Air atau membebaskan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari cengkaraman penjajahan merupakan kewajiban keagamaan.
"Hadratussyeikh KH Hasyim Asy'ari dan para ulama telah menetapkan Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945. Intinya adalah fatwa tentang membela Tanah Air, bahwa membela Tanah Air merupakan jihadfi-sabilillah yang huÂkumnya fardhu ain (kewajiban indiÂvidual)," jelas Said Aqil.
"Jadi, kalau ada yang nggak setuju dengan Hari Santri, ya biar saja,nggak patheken, karena santri dalam konteks Hari Santri adalah jiwa patriot. Buktinya, ada 12 orÂganisasi keislaman mendukung Hari Santri, bukan hanya NU," katanya.
Dia menyatakan, bukan NUyang mengusulkan penetapan Hari Santri. Penetapan Hari Santri murni gagasan Joko Widodo yang ia sampaikan saat kampanye Pemilu Presiden 2014 di Malang, Jawa Timur. Saat kampanye, Jokowi berjanji menetapkan Hari Santri pada 1 Muharram jika terpilih menjadi Presiden.
"Setelah terpilih, Presiden Jokowi mengulangi gagasannya itu saat menghadiri Musyawarah Nasional NU. Namun, saya katakan bahwa Hari Santri itu sebaiknya bukan 1 Muharram, karena 1 Muharram adaÂlah Tahun Baru Islam milik muslim seluruh dunia," katanya.
Nah, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) lalu mengusulkan Hari Santri ditetapkan pada 22 Oktober terkait fatwa bela negara pada Resolusi Jihad 22 Oktober 1945. "Kemudian Presiden meminta Menteri Agama membahas bersama PBNU," ujar Said Aqil.
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menyatakan, perjuanÂgan memerdekaan Indonesia dari penjajahan tidak hanya dilakukan tentara. "Tapi juga elemen-elemen masyarakat, termasuk para santÂri," ujar Gatot di Tugu Proklamasi, Jakarta, kemarin.
Penolakan penetapan Hari Santri sejauh ini hanya disuarakan Pengurus Pusat Muhammadiyah. PP Muhammadiyah menyampaikan keberatannya melalui jumpa pers dan sepucuk surat kepada Presiden Joko Widodo.
"Sikap Muhammadiyah tentang Hari Santri sebagaimana surat PP Muhammadiyah kepada Presiden Jokowi yang dikirim hari ini (Senin (19/10)," kata Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti, kemarin.
Menurut dia, penolakan itu meruÂpakan keputusan rapat pleno PP Muhammadiyah pada 2 September 2015. Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, juga telah menyampaikan keberatan itu kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama.
Muhammadiyah menolak Hari Santri Nasional karena menurut organisasi keislaman itu, penetapan Hari Santri potensial menimbulkan sekat-sekat sosial, melemahkan inteÂgrasi nasional, dan membangkitkan kembali sentimen keagamaan lama yang selama ini telah mencair dengan baik.
Selama ini, kata Haedar, umat Islam --termasuk di dalamnya Muhammadiyah--berusaha meminiÂmalkan bahkan jika mungkin menghiÂlangkan sekat-sekat tersebut. Sebab, secara politik dan historis sangat kontra produktif serta bertentangan dengan semangat persatuan bangsa. ***