Berita

Raja Juli Antoni

Sekjen PSI: Akhirnya Rakyat Tahu, Partai Mana Pro-Koruptor

KAMIS, 08 OKTOBER 2015 | 18:50 WIB | LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR

Partai Solidaritas Indonesia menolak revisi UU KPK yang diinisiasi sejumlah anggota DPR dari Fraksi PDI Perjuangan, Nasdem, PPP, PKB dan Hanura. Karena revisi terhadap sejumlah pasal krusial tersebut akan membongsai dan mengerdilkan institusi KPK.

"Pembatasan 'usia kerja' KPK selama 12 tahun, misalkan, adalah tindak konyol," tegas Sekjen PSI, Raja Juli Antoni, dalam siaran persnya (Kamis, 8/10).

Dia mengakui  bahwa KPK adalah lembaga "ad hoc". Lembaga anti korupsi itu didirikan karena ketidakberdayaan institusi penegakan hukum lain dalam memberantas korupsi.


Karena itu 'usia kerja' KPK tidak bisa dipatok berdasarkan kriteria kuantitatif (12 tahun) melainkan mesti diukur secara kualitatif: sampai sejauh mana korupsi sebagai budaya telah lemah di tengah masyarakat.

"Bisa diukur juga melalui tingkat kepercayaan masyarakat tehadap institusi kepolisian dan kejaksaan dalam memberantas korupsi," ungkapnya.

Begitu juga tentang "hak sadap" KPK dan proses pengangkatan penyidik, menurutnya, sangat kasat mata merupakan konspirasi jahat yang hendak mengubur spirit pemberantasan korupsi di Indonesia.

"Akhirnya, rakyat semakin cerdas melihat siapa politisi dan partai politik yang pro pemberantasan korupsi dan pro-koruptor. Kedaulatan ada di tangan rakyat. Saatnya rakyat menghukum politisi dan partai yang tidak berpihak kepada pemberantasan korupsi," tegasnya.

Meski begitu dia tidak menampik perlu ada perbaikan terhadap institusi KPK. Kekuasaan KPK yang terlalu besar, misalkan, perlu dikontrol dengan mendirikan semacam 'komisi etik' permanen yang secara reguler dapat mengevaluasi kebijakan-kebijakan yang diambil para komisioner KPK.

"Perlu juga disempurnakan mekanisme internal KPK sehingga para komisioner KPK tidak 'colometan' berbicara di depan publik, sehingga terkesan sering mempertontonkan kekuasaan. KPK perlu komisioner yang bekerja dalam senyap yang tidak tegoda oleh kepentingan politik," pungkasnya. [zul] 

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

Makin Botak, Pertanda Hidup Jokowi Tidak Tenang

Selasa, 16 Desember 2025 | 03:15

UPDATE

Bawaslu Usul Hapus Kampanye di Media Elektronik

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:26

Huntap Warga Korban Bencana Sumatera Mulai Dibangun Hari Ini

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:25

OTT Jaksa Jadi Prestasi Sekaligus Ujian bagi KPK

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:11

Trauma Healing Kunci Pemulihan Mental Korban Bencana di Sumatera

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:42

Lula dan Milei Saling Serang soal Venezuela di KTT Mercosur

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:35

Langkah Muhammadiyah Salurkan Bantuan Kemanusiaan Luar Negeri Layak Ditiru

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:24

Jadi Tersangka KPK, Harta Bupati Bekasi Naik Rp68 Miliar selama 6 Tahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:56

Netanyahu-Trump Diisukan Bahas Rencana Serangan Baru ke Fasilitas Rudal Balistik Iran

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:32

Status Bencana dan Kritik yang Kehilangan Arah

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:55

Cak Imin Serukan Istiqomah Ala Mbah Bisri di Tengah Kisruh PBNU

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:28

Selengkapnya