Berita

PM Najib/net

PM Najib, Belajarlah dari Soeharto

Ngotot Tak Mau Mundur
SELASA, 01 SEPTEMBER 2015 | 09:30 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Kondisi Malaysia kini mirip-mirip Indonesia pada 1998. Sama-sama dihantam krisis ekonomi dan dipimpin parpol yang sudah puluhan tahun berkuasa. Bedanya, kala itu Soeharto rela turun setelah berkuasa 32. Sementara di Malaysia, Najib Razak sebagai perdana menteri masih menolak tuntutan mundur yang disuarakan warganya. Karena itu, Najib pun diminta belajar dari Soeharto.

Selama Sabtu dan Minggu kemarin, ratusan ribu demonstran yang mengatasnamakan Gerakan Bersih 4 menuntut Najib mundur dari jabatannya karena diduga terlibat korupsi senilai 700 juta dolar AS. Aksi para demonstran ini mendapat dukungan tokoh Malaysia, Mahathir Mohamad.

Selain itu, koalisi Barisan Nasional sudah berkuasa terlalu lama di Malaysia, sejak negeri itu merdeka tahun 1957. Selama itu pula tidak ada kebebasan berpendapat dan kebebasan pers di Malaysia. Meski tiap lima tahun ada Pemilu, demokrasinya dinilai cuma stempel saja. Mirip zaman Orde Baru dengan Golkarnya.


"Tak ada lagi aturan hukum. Satu-satunya cara buat orang-orang untuk kembali ke kondisi lama adalah dengan menurunkan perdana menteri ini," kata Mahathir saat ikut aksi.

Kemarin siang, saat memperingati hari kemerdekaan Malaysia, Najib menjawab tuntutan itu. Menurut Najid, yang meminta dirinya mundur hanya segelintir orang. Sedangkan masyarakat Malaysia secara luas tetap mendukung pemerintahannya.

Najib menuding para demonstran itu ingin menghancurkan Malaysia. Untuk itu, dia mengajak semua masyarakat Malaysia bersatu dan melawan penentangnya. "Jika kita tak bersatu, kehilangan solidaritas dan ikatan, semua masalah tak akan terselesaikan. Semua yang telah susah payah kita bangun akan hancur begitu saja," ucapnya seperti dikutip kantor berita Bernama.

Bagi Najib, tindakan para demonstran itu mencerminkan sikap ketidakdewasaan. Tindakan itu justru merusak. Bukan sebagai saluran pendapat dalam dunia demokrasi. "Kita tak akan mengizinkan siapa pun, baik dari luar maupun dalam negeri, datang dan mencari, merusak atau menghancurkan apa yang sudah kita bangun selama ini," tegasnya.

Komisi Anti Korupsi Malaysia ikut membela Najib. Mereka menyatakan bahwa Najib bersih. Mereka menyatakan, dana sebesar 700 dolar AS berasal dari donor asing.

Polisi Malaysia juga bersiap mengamankan Najib. Polisi kini sudah menangkap empat orang terkait demonstrasi Bersih 4. Keempatnya ditangkap karena melemparkan petasan saat demonstrasi.

Satu pria melemparkan petasan yang menyala di tengah kerumunan di sekitar Dataran Merdeka. Dua orang lainnya ditangkap karena melakukan hal serupa. Sedangkan satu orang lainnya ditangkap karena mencoba menghentikan polisi saat menangkap dua pria yang menyalakan petasan itu.

Demontrasi Bersih 4 berjalan dan berakhir damai. Pengunjuk rasa mengakhiri aksinya pada minggu malam dengan konvoi merayakan hari kemerdekaan Malaysia di pinggiran Dataran Merdeka.

Pakar politik Prof Asep Warlan Yusuf melihat, kondisi yang dialami Malaysia saat ini sama dengan kondisi Indonesia saat krisis 1998. Karena itu, selayaknya Najib mau belajar dengan yang menimpa Soeharto saat itu.

"Kondisinya mirip-mirip. Saat itu alasan utama Pak Harto turun bukan karena sikap otoriter atau tak demokratis, tapi karena ada beberapa persoalan keuangan yang tidak bisa dipertanggungjawabkannya. Ini juga yang menimpa Najib saat ini," ucapnya.

Menurut Asep, kini sudah ada tiga alasan yang membuat pemerintahan Najib segera tumbang. Yaitu, dugaan korupsi, turunnya tokoh yang disegani masyarakat Malaysia, dan massifnya publikasi gerakan Bersih 4.

"Kalau masalahnya korupsi, sulit untuk bertahan. Sudah banyak contohnya. PM Thaksin Shinawatra di Thailand juga tumbang. Jadi, sepertinya ini hanya soal waktu saja," tandasnya. ***

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

UPDATE

Cetak Rekor 4 Hari Beruntun! Emas Antam Nyaris Tembus Rp2,6 Juta per Gram

Rabu, 24 Desember 2025 | 10:13

Saham AYAM dan BULL Masuk Radar UMA

Rabu, 24 Desember 2025 | 09:55

Legislator PKB Apresiasi Langkah Tegas KBRI London Laporkan Bonnie Blue

Rabu, 24 Desember 2025 | 09:44

Prabowo Bahas Kampung Haji dengan Sejumlah Menteri di Hambalang

Rabu, 24 Desember 2025 | 09:32

Pejabat Jangan Alergi Dikritik

Rabu, 24 Desember 2025 | 09:31

Saleh Daulay Dukung Prabowo Bentuk Tim Arsitektur Perkotaan

Rabu, 24 Desember 2025 | 09:26

Ribuan Petugas DLH Diterjunkan Jaga Kebersihan saat Natal

Rabu, 24 Desember 2025 | 09:21

Bursa Asia Bergerak Variatif Jelang Libur Natal

Rabu, 24 Desember 2025 | 09:13

Satu Hati untuk Sumatera: Gerak Cepat BNI & BUMN Peduli Pulihkan Asa Warga

Rabu, 24 Desember 2025 | 09:04

Harga Minyak Naik Jelang Natal

Rabu, 24 Desember 2025 | 08:54

Selengkapnya