Berita

Publika

Jokowi Berkapitulasi Kepada Neoliberalisme?

KAMIS, 23 JULI 2015 | 20:04 WIB | OLEH: GEDE SANDRA

DALAM Kamus Besar Bahasa Indonesia, "kapitulasi" berarti menyerah kalah (dalam perang) atau takluk pada suatu peperangan. Perang di sini ternyata tidak hanya berarti perang secara fisik yang melibatkan senjata, tetapi juga perang dalam meja diplomasi dan forum lobi. Karena kemudian istilah "kapitulasi" juga belakangan banyak digunakan untuk menggambarkan situasi di Yunani dalam hubungannya dengan Uni Eropa.

Seperti diketahui, meskipun mayoritas rakyat Yunani melalui referendum telah mengatakan "tidak" untuk skema dana talangan beserta neoliberalisasi ekonomi dari grup Troika (yang beranggotakan Uni Eropa, Bank Sentral Eropa, dan IMF), ternyata Perdana Menteri Alexis Tsipras dan parlemen Yunani bertindak sebaliknya dengan menerima dana talangan dan memperjuangkan neoliberalisme dilanjutkan di Yunani. Untuk memuluskan rencana kapitulasi ini Tsipras telah melakukan reshuffle kabinet, para menteri yang menolak pandangan neoliberal semuanya diganti, termasuk Yanis Varoufakis (eks Menteri Keuangan Yunani) yang telah mundur sebelum reshuffle.  

Para pengamat kritis dan gerakan rakyat setempat (yang sedang sengit melawan di jalanan) memandang Tsipras dan parlemen  telah mengkhianati amanat referendum rakyat dengan memilih untuk berkapitulasi pada Troika. Dalam suatu wawancara, profesor ekonomi dari Universitas Aristoteles, Sypros Marketos, menyatakan bahwa pola kapitulasi semacam ini bukan pertama kalinya di Yunani.


Dahulu Papandreou (Perdana Menteri Yunani 2009-2011, yang juga merupakan presiden Sosialist International) terpilih saat pemilu karena berjanji lebih mengalokasikan anggaran untuk publik, kenyataannya dirinya lah yang menetapkan memorandum pertama dengan Troika. Samaras (Perdana Menteri Yunani 2012-2015) juga terpilih karena citra anti-memorandum nya, namun setelah terpilih dirinya juga lah yang menetapkan memorandum kedua dengan Troika. Dan sekarang Tsipras terpilih karena berjanji akan menyobek-nyobek memorandum kedua, setelah lima bulan di pemerintahan dirinya pula yang membawa memorandum ketiga dengan Troika.

Hal yang agak mirip sebenarnya juga terjadi di Indonesia setelah Reformasi. Presiden Gus Dur (1999-2001) yang pemberani, dengan tim ekonomi yang berpandangan progresif telah dilengserkan oleh parlemen karena menolak berkapitulasi pada rezim neoliberal dunia (yang diwakili oleh Berkeley Mafia). Penggantinya, Presiden Megawati (2001-2004), berbeda 180 derajat dari ayahnya (Bung Karno, Tokoh Pembebasan Indonesia dan Dunia), memilih untuk berkapitulasi pada neoliberalisme dengan memasukkan keturunan Berkeley Mafia ke dalam kabinet. Penerusnya, Yudhoyono (2004-2014), meskipun menang pilpres karena jargon kerakyatannya, ternyata juga tak sanggup menghadapi gencarnya lobi kelompok neoliberal sehingga akhirnya berkapitulasi dengan memasukkan kembali Berkeley Mafia ke dalam kabinet.

Jadi sudah dua orang Presiden Indonesia pasca Reformasi yang berkapitulasi kepada neoliberalisme, apakah Presiden Jokowi akan mengikuti tren ini? Sehingga kemudian pengalaman Yunani berulang di Indonesia, di mana pemimpin negaranya sebanyak tiga kali pergantian berturut-turut mengkhianati rakyat dengan memilih jalur neoliberal? Padahal seperti diketahui, bahwa Presiden Jokowi terpilih dengan dukungan kalangan rakyat yang hendak rasakan pemerintahan alternatif di luar rezim neoliberal Yudhoyono. Selain itu Presiden Jokowi tiga bulan yang lalu dalam pidatonya di 60 Tahun Konferensi Asia Afrika telah jelas mengkritik cara pandang ekonomi neoliberal milik lembaga-lembaga keuangan dunia seperti IMF dan sebangsanya (WB dan ADB) yang telah menciptakan ketidak adilan global. Sepertinya sih tidak mungkin Presiden Jokowi akan ikuti tren ini.

Namun, beberapa hari ini telah terjadi peristiwa-peristiwa domestik yang diduga kuat merupakan bagian upaya intelejen internasional menekan Presiden Jokowi. Lobi-lobi dari para juru kampanye neoliberal juga pasti terus menyerang Jokowi siang malam. Sehingga, kabarnya saat ini sudah hampir pasti masuk ke kabinet Jokowi nama-nama keturunan Berkeley Mafia, seorang mantan menteri keuangan yang juga komisaris di perusahaan otomotif asing dan juga seorang birokrat senior yang pernah menjabat gubernur bank sentral. Jika benar kabar ini, artinya Jokowi pun telah berkapitulasi pada kehendak rezim neoliberal dan pengalaman Indonesia benar-benar mirip Yunani.***

Penulis adalah peneliti Lingkar Studi Perjuangan (LSP)

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Investigasi Kecelakaan Jeju Air Mandek, Keluarga Korban Geram ? ?

Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:52

Legislator Nasdem Dukung Pengembalian Dana Korupsi untuk Kesejahteraan Rakyat

Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:43

Ledakan Masjid di Suriah Tuai Kecaman PBB

Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:32

Presiden Partai Buruh: Tidak Mungkin Biaya Hidup Jakarta Lebih Rendah dari Karawang

Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:13

Dunia Usaha Diharapkan Terapkan Upah Sesuai Produktivitas

Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:26

Rehabilitasi Hutan: Strategi Mitigasi Bencana di Sumatera dan Wilayah Lain

Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:07

Pergub dan Perda APBD DKI 2026 Disahkan, Ini Alokasinya

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:52

Gebrakan Sony-Honda: Ciptakan Mobil untuk Main PlayStation

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:24

Kebijakan Purbaya Tak Jauh Beda dengan Sri Mulyani, Reshuffle Menkeu Hanya Ganti Figur

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:07

PAN Dorong Perlindungan dan Kesejahteraan Tenaga Administratif Sekolah

Sabtu, 27 Desember 2025 | 13:41

Selengkapnya