. Bangsa Indonesia telah kehilangan nilai-nilai tauhid, tergerus oleh sikap pragmatis dan permisif yang kian massif. Lebih memprihatinkan lagi, kondisi ini terutama juga terjadi pada para elitnya.
Karena itulah, sejumlah pihak akan menggelar Parade Tauhid Indonesia (PTI). Parade ini akan diselenggarakan untuk membangkitkan nilai-nilai tauhid yang kian luntur tersebut.
Demikian disampaikan Ketua I Panitia Parade Tauhid Indonesia, Edy Mulyadi. Edy menegaskan lagi bahwa tergerusnya nilai-nilai tauhid inilah yang menyebabkan Indonesia kian hari kian terpuruk hampir di segala bidang.
"Kita harus hentikan segera. Itulah sebabnya kami menggelar Parade Tauhid Indonesia. Lewat kegiatan ini diharapkan bangsa Indonesia kembali sadar, bahwa tauhid adalah pondasi sekaligus solusi atas segala problem yang dihadapi manusia," kata Edy Mulyadi beberapa saat lalu (Kamis, 16/7).
Menurut dia, sejatinya tauhid sebagai suatu yang sangat penting sudah diakui oleh para pendiri bangsa. Pendiri bangsa itu sadar betul, bahwa betapa pun hebatnya perjuangan, bagaimana pun besarnya pengorbanan, pada hakekatnya kemerdekaan hanya bisa terjadi karena campur tangan, kehendak, dan karunia Allah SWT.
"Pengakuan para pendiri bangsa itu dinyatakan secara gamblang di alinea tiga Pembukaan UUD 1945, Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa. Parade Tauhid Indonesia bermaksud membangkitkan kembali kesadaran ummat Islam khususnya dan bangsa Indonesia umumnya akan hal ini. Dari sini kita berharap Allah menolong bangsa kita bangkit dari keterpurukan dan menjadi bangsa yang berjaya," ungkap Edy.
Edy menambahkan, Parade Tauhid Indonesia ini akan dilaksanakan pada Ahad, 16 Agustus 2015 mulai pukul 07.00-11.00 WIB. Parade akan mengambil rute car free day. Sejumlah tokoh telah memberi dukungan, seperti Abdullah Gymnastiar, Yusuf Mansur, Bachtiar Nasir, Arifin Ilham, KH A Cholil Ridwan, Kyai Abd Rasyid Asy Syafii, dan lainnya.
"Panitia berharap peran aktif ummat Islam untuk menjadi bagian dari kebangkitan Islam sebagai agama dan sistem yang menjadi solusi atas setiap persoalan hidup dan kehidupan," demikian Edy.
[ysa]