Berita

foto:net

Bisnis

Pasar Tidak Respek Gubernur Bank Indonesia

KAMIS, 18 JUNI 2015 | 15:43 WIB | LAPORAN:

Pelemahan rupiah akhir-akhir ini dinilai janggal karena tidak diikuti oleh kenaikan ekspor.

Presiden Direktur Center for Banking Crisis, Achmad Deni Daruri mengatakan, posisi ekspor tertinggi justru masih berada ketika nilai tukar berada pada posisi Rp 9 ribu per dolar Amerika.

Sebagai perbandingan, Achmad mencontohkan di negara lain seperti Malaysia dan Singapura, pelemahan mata uang mereka diikuti oleh kenaikan ekspor. Di Jepang bahkan pelemahan mata uang mereka dikuti oleh pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada kuartal pertama tahun ini.


"Sementara di negara kita justru pertumbuhan ekonomi mengkeret pada kuartal yang sama dibandingkan dengan rata-rata kuartal pertama 10 tahun terakhir," terangnya di Jakarta, Kamis (18/6).

Padahal idealnya, menurut dia, pelemahan mata uang seyogyanya diikuti oleh peningkatan ekspor dan pertumbuhan ekonomi yang justru tidak dialami saat ini.

"Ada yang salah dengan Bank Indonesia," kritiknya.

Kesalahan pertama, menurut dia, ketidakmampuan Gubernur Bank Indonesia (BI) mengatur rupiah. Sebagai satu-satunya lembaga di dunia yang diberikan mandat untuk mengelola inflasi rupiah dan nilai tukar rupiah, BI dinilainya gagal melaksanakan mandat tersebut. Terbukti, inflasi dan depresiasi rupiah sudah melewati target yang ditetapkan oleh BI itu sendiri.

Achmad pun menegaskan, ketidakmampuan gubernur BI membuat pelaku usaha di Indonesia kehilangan pegangan dalam membuat perencanaan usaha. Perusahaan substitusi impor menghadapi kerugian selisih nilai tukar yang semakin besar. Sementara perusahaan yang berorientasi ekspor juga tidak mampu mendapatkan keuntungan dari nilai tukar tersebut karena inflasi yang tinggi.

Sementara untuk kesalahan kedua. Ia mencermati ada indikasi bahwa gubernur BI tidak dihormati oleh pasar. Hal ini lantaran pasar mengetahui kualitas pendidikan moneter dari sang gubernur.

Bandingkan, misalnya, dengan Gubernur Bank Sentral Jepang, Haruhiko Kuroda yang pada beberapa hari yang lalu mengatakan dengan lantang bahwa pelemahan yen sudah terlalu besar dan dalam hitungan detik Yen kembali menguat.

"Bank Indonesia memiliki banyak sumber daya dan dukungan peraturan, namun yang dilihat pasar adalah kecerdasan sang gubernur," imbuhnya.[wid]




Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Perbankan Nasional Didorong Lebih Sehat dan Tangguh di 2026

Senin, 22 Desember 2025 | 08:06

Paus Leo XIV Panggil Kardinal di Seluruh Dunia ke Vatikan

Senin, 22 Desember 2025 | 08:00

Implementasi KHL dalam Perspektif Konstitusi: Sinergi Pekerja, Pengusaha, dan Negara

Senin, 22 Desember 2025 | 07:45

FLPP Pecah Rekor, Ribuan MBR Miliki Rumah

Senin, 22 Desember 2025 | 07:24

Jaksa Yadyn Soal Tarik Jaksa dari KPK: Fitnah!

Senin, 22 Desember 2025 | 07:15

Sanad Tarekat PUI

Senin, 22 Desember 2025 | 07:10

Kemenkop–DJP Bangun Ekosistem Data untuk Percepatan Digitalisasi Koperasi

Senin, 22 Desember 2025 | 07:00

FDII 2025 Angkat Kisah Rempah Kenang Kejayaan Nusantara

Senin, 22 Desember 2025 | 06:56

Polemik Homebase Dosen di Indonesia

Senin, 22 Desember 2025 | 06:30

KKP Bidik 35 Titik Pesisir Indonesia Buat KNMP Tahap Dua

Senin, 22 Desember 2025 | 05:59

Selengkapnya