Perekonomian Indonesia dapat diibaratkan sebagai mobil. Jika mobilnya bagus maka kecepatan optium dapat tercapai asalkan jalannya bagus.
Turbulensi perekonomian dunia dapat dianalogikan dengan buruknya jalan, misalnya jalannya berlumpur. Dalam konteks perekonomian maka perencana perekonomian Indonesia harus menyiapkan perekonomian Indonesia yang bisa bergerak di jalan yang 'berlumpur'.
"Masalahnya, dengan kondisi 'mobil' yang ada sekarang apakah kita bisa berjalan melewati lumpur?," tanya Presiden Direktur Center for Banking Crisis, Achmad Deni Daruri dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (3/6).
Kekhawatirannya ini beralasan mengingat pertumbuhan ekonomi nasional terus memperlihatkan tren yang terus menurun. Sementara, lembaga rating Standard and Poor memberikan signal kondisi perekonomian Indonesia secara relatif baik. Masalahnya, lanjut Achmad, pada krisis ekonomi tahun 1998 yang lalu, semua lembaga rating asing kompak mengatakan perekonomian Indonesia juga bagus. Terbukti penilaian mereka menyesatkan ketika turbulensi perekonomian menghadang.
"Bisa jadi penilaian Standard and Poor ini merupakan perangkap agar Indonesia terus berleha-leha sekalipun pertumbuhan ekonomi terus turun sehingga krisis besar akhirnya menghantam perekonomian Indonesia," tengarainya.
Penilaian Standar & Poor juga terbukti keliru ketika menurunkan kredit rating Amerika Serikat. Justru yang terjadi sebaliknya, di bawah Presiden Barack Obama yang sosialis, perekonomian Amerika Serikat tumbuh secara optimal. Tinggal menunggu waktu bagi bank sentral Amerika Serikat untuk menaikkan tingkat suku bunganya. Dengan realita ini, Achmad memperingatkan untuk waspada terhadap buaian rating-rating lembaga asing seperti Standard & Poor.
"Jika Indonesia termakan oleh buaian Standard & Poor dimana Indonesia akan berupaya menaikkan hutang baik dalam negeri maupun luar negerinya. Akhirnya, biaya bunga hutang Indonesia akan meningkat pesat yang membuat kapasitas pemerintah Indonesia untuk membayar investasi infrastruktur dan kesehatan menurun," urai Achmad.
"Jadi waspadalah," imbuhnya.
[wid]