Berita

Asludin Hatjani

Radikalisme di Poso Tak Lepas dari Konflik Tahun 1998

SELASA, 19 MEI 2015 | 21:32 WIB | LAPORAN:

Upaya deradikalisasi di daerah-daerah yang diduga tempat teroris berada di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, perlu didukung. Namun harus diingat tidak semua warga Poso itu radikal. Karena itu perlu dicari akar masalahnya.

"Sebab radikalisme di Poso sangat beda dengan radikalisme di tempat lain. Penyebab terjadinya radikalisme di Poso tak lepas peristiwa konflik Poso pada tahun 1998 yang diduga tidak tuntas akar masalahnya," ujar Ketua Tim Pengacara Muslim (TPM) Sulawesi Tengah, Asludin Hatjani SH, MH kepada Kantor Berita Politik RMOL, Selasa, (19/5).

Untuk bisa menerapkan deradikalisasi, dia menambahkan, perlu dibahas secara mendalam dengan melibatkan para tokoh saksi sejarah yang mengetahui peristiwa konflik Poso tahun 1998. Juga perlu dihadirkan pejabat Polri yang saat itu ikut menangani konflik serta tokoh saksi sejarah yang bisa menyentuh akar masalah.


"Apalagi masalah diduga adanya paham radikalisme di Poso, tentu Pak Kapolri Jenderal Polisi Badrodin Haiti bisa mengetahui. Sebab, Pak Haiti menuntaskan tercipta rasa aman dan damai di Poso saat menjabat Kapolda Sulawesi Tengah tahun 2006-2008. Tentu  sedikitnya sangat paham apa yang terjadi di Poso pada tahun 1998," lanjut Asuludin Hatjani.

Menanggapi adanya operasi camar maleo yang dilakukan Polda Sulawesi Tengah untuk mengejar dan menangkap kelompok teroris Santoso Cs, menurut Asludin Hatjani operasi itu sangat perlu untuk bisa menciptakan keamanan di Poso dan Sulawesi Tengah pada umumnya dari kelompok radikalisme seperti Santoso Cs.

Namun kata Asludin, operasi itu diduga tidak bisa menghilangkan radikalisme kalau benar ada di Poso. Karena radikalisme biasanya bersumber selain dari keyakinan dan juga dari penyelesaian permasalahan yang tidak adil dan tidak tuntas. [zul]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Kuasa Hukum: Nadiem Makarim Tidak Terima Sepeserpun

Minggu, 21 Desember 2025 | 22:09

China-AS Intervensi Konflik Kamboja-Thailand

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:51

Prabowo Setuju Terbitkan PP agar Perpol 10/2025 Tidak Melebar

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:35

Kejagung Tegaskan Tidak Ada Ruang bagi Pelanggar Hukum

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:12

Kapolri Komitmen Hadirkan Layanan Terbaik selama Nataru

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:54

Kasus WN China Vs TNI Ketapang Butuh Atensi Prabowo

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:25

Dino Patti Djalal Kritik Kinerja Menlu Sugiono Selama Setahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:45

Alarm-Alam dan Kekacauan Sistemik

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:39

Musyawarah Kubro Alim Ulama NU Sepakati MLB

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:09

Kepala BRIN Tinjau Korban Bencana di Aceh Tamiang

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:00

Selengkapnya