Berita

Ketua MPR: Keberpihakan pada Rakyat Miskin Masih Minim

SENIN, 18 MEI 2015 | 20:01 WIB | LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR

Setelah 17 tahun reformasi, keberpihakan pada rakyat miskin masih minim. Hal itu tampak pada kebijakan, sistem, dan  perundang-undangan.

Demikian dikatakan Ketua MPR Zulkifli Hasan saat memberi sambutan pada ulang tahun ke-70 bersamaan dengan orasi kebudayaan H.S Dillon di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, (Senin, 18/5).

Menurut Zulkifli, tantangan terberat Indonesia adalah kemiskinan. "Ini nyata dan terjadi dimana-mana," katanya.

Namun, lanjut Zulkifli, pendekatan kepada rakyat miskin adalah pendekatan dhuafa, pendekatan dengan bantuan. "Bukan pada sistem dan perundang-undangan. Padahal dalam UUD disebutkan kekayaan negara untuk kemakmuran rakyat," katanya.

Zulkifli memberi contoh UU Otonomi Daerah, dan masih banyak UU lainnya. "Tantangan berat ada pada kebijakan yang bermuara pada soal-soal politik," katanya.

Pada kesempatan itu, Zulkifli menyayangkan ketidakhadiran pejabat tinggi setingkat menteri dalam orasi kebudayaan ini. "Mungkin karena pidato Bapak Dillon keras dan menusuk. Selamat ulang tahun bapak Dillon. Rakyat Indonesia sangat mengharapkan karya-karya besar Bapak," ucap Zulkifli.

HS Dillon, terakhir menjabat Utusan Khusus Presiden untuk Kemiskinan, menyampaikan orasi dengan judul "Kemiskinan - Kesenjangan: Perbuatan atau Pembiaran".

Dalam uraiannya Dillon mengatakan Indonesia yang kaya raya ini tidak sepatutnya masih banyak rakyat miskin dan kesenjangan yang semakin meningkat. Dillon menggambarkan tiga fenomena dalam masyarakat Indonesia yang disebutnya sebagai paradoks pembangunan.

Pertama, kemiskinan meningkat tajam di tengah masyarakat yang kaya. Kedua, di tengah-tengah kekayaan yang melimpah, semakin kecil kepedulian. Ketiga, kebutuhan tenaga kerja sangat besar, namun pengangguran terus meningkat.

Apa yang menyebabkan tujuh kali pemerintahan tak mampu mengentaskan kemiskinan? "Karena kita telah terperangkap dalam paham pembangunan kolonialisme yang ekstraktif dan feodal," jawab Dillon.

Carut marut pembangunan yang justru membuat rakyat semakin miskin dan memperdalam kesenjangan, kata Dillon, karena kita telah terjebak pada pembiaran.

"Ada tiga sikap pembiaran, yaitu acuh pada saat melihat kekeliruan atau kejahatan, acuh karena kita terlibat konspirasi jahat, dan acuh karena keilmuan kita telah terbeli," papar Dillon. [zul]

Populer

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

Lolos OTT, Gubernur Kalsel Sahbirin Noor Gugat Praperadilan Lawan KPK

Jumat, 11 Oktober 2024 | 17:23

PDIP Bisa Dapat 3 Menteri tapi Terhalang Chemistry Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Prabowo Sudah Kalkulasi Chemistry PDIP dengan Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 02:35

Bakamla Jangan Lagi Gunakan Identitas Coast Guard

Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46

CEO Coinbase Umumkan Pernikahan, Netizen Seret Nama Raline Shah yang Pernah jadi Istrinya

Kamis, 10 Oktober 2024 | 09:37

UPDATE

Puan: PDIP Solid Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Rabu, 16 Oktober 2024 | 13:50

DPD Wanti-wanti Penanganan Krisis Pangan

Rabu, 16 Oktober 2024 | 13:44

IFW Minta Pemerintah Waspadai Trik Menyulap Gandum Pangan Jadi Bahan Pakan

Rabu, 16 Oktober 2024 | 13:39

Usut Korupsi di ASDP, KPK Panggil 2 Penilai KJPP

Rabu, 16 Oktober 2024 | 13:37

Harga CPO Naik 1 Persen Usai Anjlok Dua Hari Beruntun

Rabu, 16 Oktober 2024 | 13:37

Calon Kepala BIN Herindra Komitmen Jaga Keutuhan NKRI

Rabu, 16 Oktober 2024 | 13:33

Penasihat Presiden UEA Digadang Jadi Pemimpin Gaza Usai Perang

Rabu, 16 Oktober 2024 | 13:32

Gandeng Industri, Kemenperin Optimis IMC Berperan Tekan Impor Mesin Produksi

Rabu, 16 Oktober 2024 | 13:30

Jokowi: Ketahanan Pangan, Fondasi Kesejahteraan Bangsa

Rabu, 16 Oktober 2024 | 13:19

PM Italia Nekat Kunjungi Lebanon usai Serangan di UNIFIL

Rabu, 16 Oktober 2024 | 13:17

Selengkapnya