Berita

Bisnis

Moratorium Hutan Hendaknya Disertai Program Reboisasi

KAMIS, 14 MEI 2015 | 11:23 WIB | LAPORAN:

Langkah pemerintahan Joko Widodo memperpanjang moratorium penebangan hutan dinilai sebagai upaya yang sangat baik pada pertahanan lingkungan, tpai bukan perbaikan lingkungan.

Perpanjangan ini sesuai Instruksi Presiden Nomor 6/2013 sebagaimana tindak lanjut Inpres nomor 10 tahun 2011 tentang Moratorium Penebangan Hutan pada zaman pemerintahan SBY yang berakhir pada Rabu kemarin (13/5).

Anggota Komisi IV DPR, Andi Akmal Pasluddin, meminta kepada pemerintah, terutama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebagai penanggung jawab utama, agar dalam aturan perpanjangan moratorium penebangan hutan ini, ditambah upaya pengembalian hutan yang rusak dan rehabilitasi lahan kritis dengan menggalakkan reboisasi sebagai program nasional.


"Lahan kritis dari hari ke hari makin bertambah. Kualitas tanah dan air menjadi sangat menurun yang ujungnya akan merugikan ummat manusia itu sendiri," ujar legislator Partai Keadilan Sejahtera yang anggota Badan Anggaran DPR ini melalui keterangan tertulisnya, Kamis (14/5).

Penguatan-penguatan yang diminta beberapa kalangan untuk menambah manfaat dari moratorium penebangan hutan ini, menurut dia, selain memperketat penataan perizinan, mempertegas pelanggaran, mengeksekusi segera para pelanggar juga perlindungan masyarakat adat. Sebab, pada saat perpanjangan dari tahun 2013 hingga 2015 upaya itu dinilainya tidak dilakukan.

Selain itu juga sangat diperlukan adanya regulasi khusus atau bisa digabung sebagai turunan aturan moratorium penebangan hutan ini, pada upaya rehabilitasi lahan kritis akibat penebangan hutan yang mencapai 104,2 juta hektar.

"Kami meminta kepada pemerintah, perpanjangan moratorium penebangan hutan ini dijadikan wahana baru sebagai pencanangan rehabilitasi lahan kritis yang mencapai ratusan juta hektar sehingga pada kebijakan kehutanan dan lingkungan ini bukan saja kebijakan pertahanan, tapi juga kebijakan perbaikan hutan," pintanya.[wid]
 

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Kuasa Hukum: Nadiem Makarim Tidak Terima Sepeserpun

Minggu, 21 Desember 2025 | 22:09

China-AS Intervensi Konflik Kamboja-Thailand

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:51

Prabowo Setuju Terbitkan PP agar Perpol 10/2025 Tidak Melebar

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:35

Kejagung Tegaskan Tidak Ada Ruang bagi Pelanggar Hukum

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:12

Kapolri Komitmen Hadirkan Layanan Terbaik selama Nataru

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:54

Kasus WN China Vs TNI Ketapang Butuh Atensi Prabowo

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:25

Dino Patti Djalal Kritik Kinerja Menlu Sugiono Selama Setahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:45

Alarm-Alam dan Kekacauan Sistemik

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:39

Musyawarah Kubro Alim Ulama NU Sepakati MLB

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:09

Kepala BRIN Tinjau Korban Bencana di Aceh Tamiang

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:00

Selengkapnya