PT Pertamina (Persero) meÂnargetkan, produksi Bahan Bakar Minyak (BBM) sebanyak 2,3 juta barel per hari pada 2024 mendatang. Untuk mengakomodasi target tersebut, perusahaan minyak dan gas negara itu berencana membangun tiga kilang baru.
Namun, saat ini pembanguÂnan kilang baru masih terganjal regulasi pemerintah, melalui Peraturan Presiden (Perpres). Dikhawatirkan, lambannya regulasi tersebut, memperlambat proses pembangunan kilang dan produksi.
Direktur Pengolahan PerÂtamina Rachmad Hardadi mengatakan, perseroan berharap pemerintah bisa menerbitkan Perpres tersebut.
Perpres tersebut, diakuinya akan memangkas prosedur pembangunan kilang yang biasanya dilakukan yakni perencanaan, engineering, peleÂlangan
Engineering, ProcureÂment dan Construction (EPC) dan pelaksanaan EPC.
"Perpres tersebut, diyakini akan mempercepat implemenÂtasi dari proses pengadaan barang dan jasa. Untuk pengadaan barang dan jasa, tendernya tidak dilakukan secara terbuka. Tetapi dipilih penyedia untuk penugasan dan percepatan, sehingga prosesnya cepat," ucap Rachmad di Jakarta, kemarin.
Dengan skema yang disebut Extra Ordinary itu, lanjut Rachmad, harus dibentuk Tim Taks Force di bawah kendali langsung Pemerintah. Dengan menggunakan skema tersebut, pembangunan kilang diyakini bisa lebih cepat sekitar lima tahun, padahal bila menggunaÂkan skema normal dibutuhkan waktu delapan tahun.
"Tim ini nantinya perlu dikawal Komisi PemberanÂtasan Korupsi (KPK), dan supervisi dari Kejaksanaan Agung agar skema ini bisa diÂlaksanakan kalau memang ada perlakukan khusus," ujarnya.
Diakui Hardadi, Pertamina telah mampu mengoperasionÂalkan Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC) dan Proyek Langit Biru Cilacap (PLBC) pada 2018. Namun dua proyek tersebut, belum mampu meningkatkan kuantitas produksi kilang, tetapi hanya peningkaÂtan kualitas produk.
"Jika pembangunan kilang dimulai dengan tahapan extra ordinary, maka pada 2020, PerÂtamina mampu memproduksi minyak 1,3 juta barel per hari. Saat ini, produksi kilang hanya 1 juta barel per hari," terangnya.
Sebelumnya, untuk menggenjot produksi BBM, PerÂtamina melakukan up-grade kilang-kilang berusia senja. Saat ini, Pertamina mengelola enam kilang, yakni Dumai denÂgan kapasitas 170 MBSD (million barel steam per day), Plaju (118 MBSD), Balongan (125 MBSD), Cilacap (348 MBSD), Kasim (10 MBSD), serta BaÂlikpapan (260 MBSD).
"Di Indonesia, kilang yang usianya paling muda berada di Balongan yang dibangun pada 1994. Sementara kilang-kilang lainnya telah berumur tua lanÂtaran dibangun tahun 70-an," beber Rachmad. ***