Berita

Bisnis

JAMAN: Ganti Metode Pertanian dan Berantas Mafia Pupuk

JUMAT, 08 MEI 2015 | 12:47 WIB | LAPORAN:

Kondisi pertanian di beberapa daerah di Indonesia sudah cukup kritis beberapa waktu terakhir.

Demikian laporan dari anggota Jaringan Kemandirian Nasional (JAMAN) di Kabupaten Manggarai Timur, Manggarai dan Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Persediaan pupuk untuk produksi pertanian yang harus digunakan oleh petani sangat kurang, begitu juga tempat pelayanan pupuk lokasinya jauh dari pengecer.


Ketua Umum DPP JAMAN, A. Iwan Dwi Laksono mengemukakan, untuk menjangkau lokasi pelayananan pupuk sangat sulit. Sehingga, petani harus mengeluarkan biaya yang lebih besar untuk transportasi dan pengangkutan.

"Harga pupuk yang selalu tidak stabil bahkan kadang mencapai Rp 125 ribu per sak untuk Urea dan Rp 175 ribu per sak untuk Poska," bebernya.

Pihaknya juga mempertanyakan bantuan traktor untuk petani yang dijanjikan oleh pemerintah. Jika pun bantuan itu ada yang sudah sampai, tidak merata sehingga pengerjaan di lahan pertanian tidak bisa serempak.

"Jaringan Kemandirian Nasional mengkritik pemerintah yang tidak mempunyai perencanaan yang matang bahkan sampai pelaksanaan dalam rangka meningkatkan produktivitas," tegasnya.

Selama ini, timpal Bernard selaku ketua DPD JAMAN NTT , para petani masih menggunakan cara lama dan kurang inovatif. Padahal dengan metode baru seperti metode Haston yang pernah diuji coba, ternyata mampu melebihi hasil produksi metode lama (metode Sri).

Ironisnya lagi mafia pangan, terutama pupuk, masih kuat bercokol menguasai pengadaan dan jalur distribusi yang mengakibatkan kelangkaan pupuk dan tingginya harganya.

"Pemerintah harus mengusut dan memberantas mafia pupuk ini bisa dimulai dari birokrasi Kementerian Pertanian, Bulog sebagai badan pemerintah yang harus direvitalisasi sampai ke BUMN pupuk," tandasnnya.

Untuk diketahui, JAMAN merupakan relawan Jokowi ketika Pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun 2012 dan Pemilihan Presiden 2014 yang terdiri dari 18 propinsi, 54 kota/kabupaten, ratusan kelompok tani, nelayan, pedagang, profesional, koperasi dan lain-lain.[wid]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Kuasa Hukum: Nadiem Makarim Tidak Terima Sepeserpun

Minggu, 21 Desember 2025 | 22:09

China-AS Intervensi Konflik Kamboja-Thailand

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:51

Prabowo Setuju Terbitkan PP agar Perpol 10/2025 Tidak Melebar

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:35

Kejagung Tegaskan Tidak Ada Ruang bagi Pelanggar Hukum

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:12

Kapolri Komitmen Hadirkan Layanan Terbaik selama Nataru

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:54

Kasus WN China Vs TNI Ketapang Butuh Atensi Prabowo

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:25

Dino Patti Djalal Kritik Kinerja Menlu Sugiono Selama Setahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:45

Alarm-Alam dan Kekacauan Sistemik

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:39

Musyawarah Kubro Alim Ulama NU Sepakati MLB

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:09

Kepala BRIN Tinjau Korban Bencana di Aceh Tamiang

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:00

Selengkapnya