PT Wijaya Karya (Persero) Tbk/net
Gejolak ekonomi memÂbuat laba Wijaya Karya menÂgalami penurunan sebesar 63,28 persen. Perusahaan konstruksi milik negara ini hanya membukukan laba bersih Rp 61,51 miliar pada kuartal pertama 2015, sedanÂgkan periode sebelumnya Rp 167,52 miliar.
Corporate Secretary PT Wijaya Karya (Persero) Tbk Suradi mengatakan, perÂlambatan ekonomi sangat berimbas pada penurunan laba dan penjualan perseÂroan tahun ini. Pada kuartal pertama, perseroan hanya mencatat penjualan sebesar Rp 2 triliun, sedangkan pada periode sebelumnya sebesar Rp 2,79 triliun. Angka ini turun 28 persen dari periode sebelumnya
"Penurunan laba terjadi karena penjualan perseroan juga mengalami penurunan akibat perlambatan ekonoÂmi," kata Suradi, kemarin.
Sepanjang tahun ini, pihaknya menargetkan penÂjualan, termasuk penjualan proyek Kerja Sama OperaÂsi (KSO) sebesar Rp 21,43 triliun. Target ini naik 24,23 persen dari realisasi penjualan di 2014 sebesar Rp 17,25 triliun. Sementara, laba berÂsih ditargetkan mencapai Rp 764,52 miliar, atau naik 24,28 persen dari realisasi 2014 yang tercatat Rp 615,18 miliar.
Meski begitu, ia tetap opÂtimis target pendapatanan perseroan sebesar Rp 31,64 triliun bisa tercapai. Sebeb, perseroan mendapat kontrak baru dari pemerintah sebesar 52,02 persen, BUMN 22,17 persen dan swasta 25,21 persen. Sementara untuk carry over dari 2014 sebesar Rp 22,75 triliun.
"Pada April 2015, pencapaÂian kontrak baru mencapai Rp 5,12 triliun, atau 16,18 persen dari target kontrak baru. UnÂtuk total keseluruhan kontrak, targetnya sebesar Rp 54,39 triliun dari kontrak baru dan
carry over," ungkapnya.
Adapun proyek yang telah diperoleh hingga April 2015 yakni proyek Bendungan Pasellorang Sulawesi Selatan Rp 463 miliar, New Priok Container Terminal Jakarta Rp 181,5 miliar, Bendungan Kreuretok Aceh Rp 403 milÂiar, Tol Bogor-Ciawi-SukabuÂmi (Bocimi) Tahap I Rp 355 miliar, Jalan Layang Non Tol (JLNT) Ciledug Rp 351 milÂiar, Oe-Cusse Airport Timor Leste US$ 92 juta, Funtasy Island di Pulau Manis Batam Rp 161 miliar dan PembanÂgunan Konstruksi Runway Bandara Baru Samarinda Rp 124,20 miliar.
Menurut Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada, penurunan kinerja beberapa perusaÂhaan kontruksi pelat merah memang masih disebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi saat ini.
"Turun naiknya kinerja perseroan tergantung juga pada lini bisnis yang dijalanÂinya, termasuk dengan pencaÂpaian perolehan kontrak baru, selain dari faktor perlambatan ekonomi ikut mempengarÂuhi," katanya.
Ia menilai, bila perolehan kontrak baru sesuai yang diÂtargetkan, kemudian sinergi antar perusahaan BUMN juga berjalan baik, diharapÂkan kondisinya akan memÂbaik pada kuartal kedua mendatang.
"Jadi realisasi proyek-proyek yang ditargetkan peÂmerintah tepat waktu bisnis perusahaan akan berjalan dan kinerja bisa membaik," imbuhnya. ***