Berita

Bisnis

Petani Indonesia Masih Tergantung Benih Impor

SELASA, 28 APRIL 2015 | 13:53 WIB | LAPORAN:

Kebutuhan benih baik produk pangan maupun hortikultura yang dihasilkan industri benih dalam negeri hingga saat ini masih belum memenuhi kebutuhan petani.

Anggota Komisi IV DPR, Andi Akmal Pasluddin memaparkan, industri benih lokal, terutama untuk benih tanaman pangan dan hortikultura, baru memenuhi kebutuhan petani sebesar 60 persen. Sedangkan 40 persen masih mengandalkan benih impor atau benih yang di produksi oleh perusahaan asing. Bahkan menurut informasi dari Kadin yang diterimanya, implementasi benih nasional, 70 persen kesertaan modalnya dari asing, dan 30 persen dimodali lokal.

"Dominasi modal asing dalam industri benih nasioal menunjukkan kewajaran bila hingga saat ini, industrialisasi benih nasional masih tertinggal dibanding negara lain," jelas legislator PKS ini.


Pada APBN 2015 setelah perubahan, alokasi benih tanaman pangan mendapat porsi Rp 750 miliar untuk keperluan tanam pada 1 juta hektar lahan.

Sebelumnya, petani mendapat subsidi untuk benih sebesar 0,9 triliun rupiah untuk mendukung swasembada pangan. Sedangkan untuk kebutuhan ideal apabila Indonesia terbebas dari ketergantungan benih impor, untuk hortikultura saja diperlukan tambahan 2,5 triliun rupiah. Itu belum tanaman pangan yang jumlahnya bisa lebih besar.

"Kami meminta kepada pemerintah, selain hilirisasi industri pertanian, industri hulu seperti penguatan benih baik secara kualitas maupun jumlah dapat diperkokoh demi pertanian masa depan," pinta Andi Akmal.

Andi Akmal mengingatkan, Indonesia memiliki buah-buah dan umbi-umbian yang tidak dimiliki oleh negara lain. Ini merupakan potensi unggul yang tidak dapat dikalahkan negara luar karena mereka tidak memiliki produk ini seperti sirsak, nangka, manggis, salak, jahe, dan lainnya.

Jika pemerintah mau, memajukan industri benih ini akan mampu membesarkan pertanian nasional hingga dapat mengembalikan bangsa ini setara dengan Thailand dan Vietnam.

"Kami mengingatkan pada pemerintah, pendapatan perkapita bangsa ini pernah lebih tinggi dari negara-negara asia seperti Taiwan, Malaysia, Filipina dan negara-negara asia lainnya. Namun saat ini, kita sangat jauh tertinggal sehingga perlu keseriusan bersama untuk membangun negeri," tegasnya.[wid]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Kuasa Hukum: Nadiem Makarim Tidak Terima Sepeserpun

Minggu, 21 Desember 2025 | 22:09

China-AS Intervensi Konflik Kamboja-Thailand

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:51

Prabowo Setuju Terbitkan PP agar Perpol 10/2025 Tidak Melebar

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:35

Kejagung Tegaskan Tidak Ada Ruang bagi Pelanggar Hukum

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:12

Kapolri Komitmen Hadirkan Layanan Terbaik selama Nataru

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:54

Kasus WN China Vs TNI Ketapang Butuh Atensi Prabowo

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:25

Dino Patti Djalal Kritik Kinerja Menlu Sugiono Selama Setahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:45

Alarm-Alam dan Kekacauan Sistemik

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:39

Musyawarah Kubro Alim Ulama NU Sepakati MLB

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:09

Kepala BRIN Tinjau Korban Bencana di Aceh Tamiang

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:00

Selengkapnya