Berita

Ketum PRD: Peran Negara-negara Peserta KAA 1955 Semakin Tersisih

SENIN, 20 APRIL 2015 | 04:25 WIB | LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR

Peran mayoritas negara-negara peserta Konferensi Asia Afrika tahun 1955 dalam konstelasi global saat ini semakin merosot. Seiring dengan bubarnya Uni Sovyet dan berakhirnya perang dingin, Bandung Spirit sebagai suatu gerakan yang kemudian mengkristal dalam Gerakan Non Blok (1961) pun semakin tersisih.

"Cengkeraman Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya makin hegemonik ditandai pula dengan cengkeraman kapitalisme global dengan berbagai instrumennya baik melalui lembaga keuangan maupun organisasi perdagangan dunia," tegas Ketua Umum Partai Rakyat Demokratik, Agus Jabo Priyono, dalam siaran persnya (Minggu, 19/4).

Dalam amatannya, negara-negara di Asia-Afrika yang mayoritas negara berkembang jatuh dalam perangkap imperialism/neo-kolonialisme, politik perang minyak, serta perdagangan bebas.

"Semangat KAA (Bandung Spirit) makin ditinggalkan. Banyak di antara pemimpin-pemimpin negara berkembang (Selatan) menjadi abdi yang setia bagi kapitalisme global dan gagal menjadi agen perubahan sebagaimana semangat KAA 1955," imbuhnya.

Sebagai pengecualian, perkembangan di Amerika Latin memberi angin segar dengan bangkitnya semangat berdaulat, menolak dikte negara-negara yang lebh maju.

"Saat yang sama, rakyat di negeri-negeri maju (developed country) atau jantung kapitalisme global itu juga mulai tercerahkan, dan bersikap kritis kepada pemerintahnya," imbuhnya.

Makanya tak heran, peristiwa demonstrasi besar-besaran antiglobalisasi terjadi dalam berbagai forum ekonomi dunia, seperti pada pertemuan WTO di Seattle (November 1999), pertemuan G-8 di Montreal (November 2000), Genoa (Juli 2008), penyelenggaraan forum tandingan World Social Forum, dan lain sebagainya.

"Mereka menyuarakan tuntutan tatanan dunia baru yang lebih baik. Slogan 'Another World is Possible', 'Globalise Resistance', 'Global Justice', 'Fair Trade not Free Trade' menyebar seperti wabah," tandasnya. [zul]

Populer

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

Lolos OTT, Gubernur Kalsel Sahbirin Noor Gugat Praperadilan Lawan KPK

Jumat, 11 Oktober 2024 | 17:23

PDIP Bisa Dapat 3 Menteri tapi Terhalang Chemistry Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Prabowo Sudah Kalkulasi Chemistry PDIP dengan Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 02:35

Bakamla Jangan Lagi Gunakan Identitas Coast Guard

Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46

CEO Coinbase Umumkan Pernikahan, Netizen Seret Nama Raline Shah yang Pernah jadi Istrinya

Kamis, 10 Oktober 2024 | 09:37

UPDATE

Survei Indikator: China Negara Kawan Terdekat Indonesia

Kamis, 17 Oktober 2024 | 10:10

Teguh Setyabudi Gantikan Heru Budi Jabat Pj Gubernur

Kamis, 17 Oktober 2024 | 10:00

Doa Cak Imin, Prabowo Sukses Memimpin Indonesia

Kamis, 17 Oktober 2024 | 09:51

Kediaman Prabowo di Hambalang Disesaki Karangan Bunga

Kamis, 17 Oktober 2024 | 09:50

Lagi, Israel Serangan Menara Pasukan UNIFIL di Lebanon

Kamis, 17 Oktober 2024 | 09:50

BI Bakal Kenakan Sanksi Buat Pedagang yang Kenakan Biaya Tambahan QRIS

Kamis, 17 Oktober 2024 | 09:47

Gembleng Calon Menteri di Akmil, Prabowo Tak Ingin Anggota Kabinet Jadi Penjahat

Kamis, 17 Oktober 2024 | 09:42

Dibayangi Apple, Samsung Masih Kuasai Pasar Smartphone Global

Kamis, 17 Oktober 2024 | 09:29

Makin Dekat Pelantikan Prabowo-Gibran, Ini Pesan Persis

Kamis, 17 Oktober 2024 | 09:19

Surplus Neraca Perdagangan Berlanjut, Bukti Ekonomi Indonesia Tangguh

Kamis, 17 Oktober 2024 | 09:15

Selengkapnya