Penghapusan premium jelas akan membuat beban masyarakat semakin tinggi. Namun, pemerintah keukeuh melakukannya dengan alasan pertalite, yang akan menggantikan premium, memiliki angka oktan (RON) lebih tinggi, sehingga akan lebih baik bagi mesin kendaraan.
"Pertamina bilang, mau perkenalkan RON yang lebih tinggi, RON 91. Itu sudah mendekati. Intinya semakin tinggi oktan, semakin bagus bagi mesin, bagus bagi lingkungan," ucap Menko Perekonomian Sofyan Djalil di Istana Kepresidenan, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Jumat (17/4).
Sayangnya, untuk pertalite nanti, harganya sudah tidak ditentukan pemerintah lagi. Harganya akan berubah tiap saat seperti harga pertamax selama ini. Dan tentunya, harga pertalite akan lebih mahal dibanding premium.
"
Kan mengikuti harga keekonomian, pemerintah tidak menentukan harga. Pemerintah menentukan yang RON 88, premium itu yang pemerintah wajib menentukan sesuai. Keputusan Mahkamah Konstitusi. Pertamax (juga pertalite) nggak ada urusan dengan pemerintah. Sama seperti Shell, nggak ada masalah," jelasnya.
Untuk menjaga daya beli masyarakat, premium tidak akan dihapus seketika. Penghapusan akan dilakukan bertahap. Jaga daya beli masyarakat?
"Premium tetap ada. Nanti orang bisa beli yang 91, bisa beli ron 88. Ron 88 ini harus tetap disediakan untuk masyarakat yang mengharapkan oktan lebih rendah, harga lebih rendah," tandasnya.
[wid]