Berita

ilustrasi

Jokowi Tak Serius Perangi Mafia Gula di Indonesia

RABU, 15 APRIL 2015 | 22:56 WIB | LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR

RMOL. Negara harus memperhatikan nasib petani dengan tidak mengimpor gula, yang pada akhirnya menyengsarakan petani tebu.

Direktur Utama PT Gendhis Multi Manis, Lie Kamadjaja, menyampaikan hal tersebut saat memberikan testimoni dalam acara peluncuran buku "Islam dalam bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan" karya Ahmad Syafii Maarif di Auditorium CSIS, di bilangan Jakarta Pusat Selasa (14/4) malam.

"Sejalan dengan yang Buya sampaikan bahwa Al Qurán pro-orang miskin dan anti kemiskinan, harusnya negara memperhatikan nasib petani dengan tidak mengimpor gula, yang pada akhirnya menyengsarakan petani tebu," ujar pengusaha gula nasional ini.

Dia mengungkapkan, situasi pertanian di Indonesia masih saja gelap. Harapan mengembalikan marwah Indonesia sebagai Negara swasembada pangan, masih jauh dari kenyataan. Hal ini yang dirasakan petani tebu lokal. Jelang masa panen yang akan jatuh pada bulan Mei 2015, Indonesia justru membuka keran impor gula mentah sebanyak 1,5 juta ton. Gula mentah dipakai sebagai bahan baku gula industri yang diproduksi industri gula rafinasi untuk pabrik makanan-minuman.

Karena itu pada acara yang juga dihadiri Sofjan Wanandi selaku Tim Ahli Ekonomi Wakil Presiden Jusuf Kalla tersebut, Lie Kamadjaja menyampaikan kritik keras atas kebijakan impor tersebut. Baginya, keran impor akan menyengsarakan petani tebu.

"Membuka keran impor adalah bentuk pengingkaran pada perlindungan petani lokal. Dan membuktikan bahwa Jokowi tak serius perangi mafia gula di Indonesia," tegasnya.

Bagi Lie Kamadjaja yang memiliki pabrik gula di Blora, situasi tak hanya berat untuk petani namun juga berat bagi industri gula nasional. Akan tetapi, sebagaimana sudah menjadi komitmennya, bahwa pabrik gula Blora yang menerapkan 100% tebu hasil dari petani plasma akan sekuat tenaga menggunakan tebu hasil panen petani. "Ini wujud nyata dari prinsip bahwa pabrik dan petani kudo mulyo berbarengan," pungkasnya.

Buya Syafii Maarif yang hadir sebagai narasumber talkshow tentang buku terbarunya turut menyoroti situasi pelik ini dengan mendorong lahirnya pemimpin yang negarawan. Pemimpin negarawan adalah pemimpin yang mampu melampaui kepentingan kelompok, demi kepentingan bangsa yang lebih besar.

"Bangsa ini harus lekas siuman, kita sedang paceklik negarawan saat ini" terang Buya Syafii. Dalam konteks ini, seorang negarawan sejati adalah mereka yang mau melindungi kelompok marjinal di negeri ini, termasuk didalamnya para petani tebu diatas. [zul]

Populer

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

Lolos OTT, Gubernur Kalsel Sahbirin Noor Gugat Praperadilan Lawan KPK

Jumat, 11 Oktober 2024 | 17:23

PDIP Bisa Dapat 3 Menteri tapi Terhalang Chemistry Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Prabowo Sudah Kalkulasi Chemistry PDIP dengan Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 02:35

Bakamla Jangan Lagi Gunakan Identitas Coast Guard

Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46

CEO Coinbase Umumkan Pernikahan, Netizen Seret Nama Raline Shah yang Pernah jadi Istrinya

Kamis, 10 Oktober 2024 | 09:37

UPDATE

Survei Indikator: China Negara Kawan Terdekat Indonesia

Kamis, 17 Oktober 2024 | 10:10

Teguh Setyabudi Gantikan Heru Budi Jabat Pj Gubernur

Kamis, 17 Oktober 2024 | 10:00

Doa Cak Imin, Prabowo Sukses Memimpin Indonesia

Kamis, 17 Oktober 2024 | 09:51

Kediaman Prabowo di Hambalang Disesaki Karangan Bunga

Kamis, 17 Oktober 2024 | 09:50

Lagi, Israel Serangan Menara Pasukan UNIFIL di Lebanon

Kamis, 17 Oktober 2024 | 09:50

BI Bakal Kenakan Sanksi Buat Pedagang yang Kenakan Biaya Tambahan QRIS

Kamis, 17 Oktober 2024 | 09:47

Gembleng Calon Menteri di Akmil, Prabowo Tak Ingin Anggota Kabinet Jadi Penjahat

Kamis, 17 Oktober 2024 | 09:42

Dibayangi Apple, Samsung Masih Kuasai Pasar Smartphone Global

Kamis, 17 Oktober 2024 | 09:29

Makin Dekat Pelantikan Prabowo-Gibran, Ini Pesan Persis

Kamis, 17 Oktober 2024 | 09:19

Surplus Neraca Perdagangan Berlanjut, Bukti Ekonomi Indonesia Tangguh

Kamis, 17 Oktober 2024 | 09:15

Selengkapnya