Perwakilan dari G20 dan negara-negara anggota Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) bertemu di Istanbul dalam G20/OECD Corporate Governance Forum.
Ada dua isu penting sistemik yang dibahas dalam forum yang dibuka oleh Sekretaris Jenderal OECD, Angel Gurria dan Deputi Perdana Menteri Turki, Ali Babacan, tersebut. Yaitu, kapasitas kelembagaan untuk perusahaan kecil dan menengah (SME) untuk tumbuh dan perkembangan, dan perkembangan pasar modal di negara-negara emerging market.
Forum ini diselenggarakan oleh The Capital Markets Board of Turkey bekerja sama dengan the Corporate Governance Association of Turkey dan Boğaziçi University’s Center for Corporate Governance.
Pembicara lain dalam forum ini antara lain Vahdettin Ertas selaku ketua Dewan Pasar Modal Turki, Leonardo P. Gomes Pereira (Kepala Eksekutif Sekuriti dan Komisi Pertukaran Brazil), Marcello Bianchi (Chairman of OECD Corporate Governance Committee, dan Kenji Okamura - Deputy Commissioner for International Affairs Financial Security Agency).
Pada forum ini, Muliaman D Hadad selaku ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan diminta menjadi salah satu pembicara dalam sesi 'Corporations and Capital Markets in Emerging Economies'.
Muliaman Hadad menyampaikan bahwa dalam dua dekade terakhir
emerging market telah menunjukkan perkembangan yang signifikan menuju intermediasi keuangan yang lebih berbasis pasar (market based financial intermediation). Hal ini sejalan dengan upaya beberapa jurisdiksi dalam membangun pasar ekuitas dan obligasi domestik yang lebih dalam dan risilient.
"
Bank vs Market Based Financing adalah perdebatan lama. Setiap pasar akan memiliki ketergantungan dan evolusinya sendiri-sendiri," paparnya.
Pada akhirnya pilihan perusahaan akan tergantung pada biaya mengakses pasar juga fleksibilitas serta kecepatan untuk mendapatkan dana.
Muliaman menambahkan, sampai saat ini peran perbankan dalam menyediakan sumber pembiayaan bagi korporasi masih lebih dominan dibandingkan pasar modal apalagi pembiayaan di sektor korporasi menengah. Hal ini terjadi antara lain karena perbankan telah memiliki jaringan yang luas dan tersebar di berbagai daerah sehingga lebih dekat dengan mereka.
Faktor lainnya adalah tingkat literasi keuangan terkait industri pasar modal yang jauh lebih rendah dibandingkan perbankan yang membuat mereka enggan untuk berinteraksi dengan Pasar Modal.
"Oleh karena itu, kita harus mengupayakan terwujudnya keseimbangan yang baik antara industri perbankan dan pasar modal (
strike the balance) dalam memberikan pembiayaan sektor korporasi," jelasnya.
Dibutuhkan pasar modal yang lebih berkembang untuk menyediakan alternatif sumber pembiayaan jangka panjang yang kurang dapat disediakan oleh industri perbankan. Namun begitu, pembiayaan dari perbankan tetap akan dibutuhkan bagi sektor korporasi yang tidak terlayani oleh Pasar Modal. Regulator pun harus waspada terhadap risiko signifikan yang ditimbulkan oleh kedua pasar ini.
"Kami akan menjaga adanya kompetisi yang sehat di antara dua pasar tersebut. Kami menginginkan kegiatan lintas industri yang lebih besar yang pada akhirnya akan meningkatkan partisipasi dari seluruh pemangku kepentingan, mengurangi hambatan terhadap akses keuangan dan mewujudkan inklusivitas keuangan yang lebih besar," imbuhnya.
Pada kesempatan tersebut, Muliaman Hadad juga mengadakan pertemuan dengan Kepala Capital Market Board (CMB) of Turkey, Vahdettin Ertas. Indonesia dan Turki sepakat untuk mempercepat perkembangan pasar modal di kedua negara.
"Diharapkan pada bulan Agustus 2015 ini Nota Kesepahaman antara OJK dengan CMB of Turkey dapat ditandatangani," ujar Muliaman dalam siaran persnya.
[wid]