. Kabar akan bergabungnya Rachmawati Soekarnoputri ke dalam Partai Gerindra sudah terdengar cukup lama.
Namun secara resmi, bergabungnya Rachmawati ke dalam Gerindra diumumkan secara terbuka dalam acara Pelantikan Pengurus Pusat Partai Gerindra dan Pembukaan Rapat Pimpinan Nasional Gerindra di Kantor DPP Gerindra, Ragunan, Jakarta Selatan, Rabu kemarin (8/4).
Posisi Rachma di Gerindra pun cukup terhormat. Dia duduk di kursi Wakil Ketua Umum, mendampingi Prabowo Subianto yang tetap menjadi Ketua Umum.
Politik bukan hal baru bagi Rachmawati. Pada tahun 2002, ia mendirikan Partai Pelopor. Pada tahun 2012, ia bergabung dengan Partai Nasdem. Namun karena dirasa ada persimpangan ideologi di dalam tataran praktis, Rachma akhirnya mengundurkan diri.
Suara putri Bung Karno ini sering terdengar nyaring sebelum akhirnya bergabung dengan Gerindra. Ia sering mengkritik berbagai kebijakan pemerintah, maupun kondisi politik secara umum, yang dinilai sudah keluar dari janji Kemerdekaan, cita-cita Trisakti maupun ideologi negara.
Berkali-kali, Ketua Yayasan Pendidikan Soekarno ini sering mengingatkan semua pihak, terutama elit di Republik, agar kembali ke jalan yang benar dalam berbangsa dan bernegara, sebagaimana cita-cita para pendiri bangsa. Seringkali juga ia mengingatkan ancanam rongrongan imperialisme asing, yang kini tidak lagi berwujud penjajahan tanah seperti di abad lalu, melainkan dalam bentuk muka neo-liberalisme.
Pertemuan Rachmawati kini dengan Prabowo dalam wadah bernama Gerindra pun seakan membawa angin baru bagi kondisi politik Indonesia yang penuh dengan pragmatisme dan basa-basi.
Di satu sisi, semangat nasionalisme Prabowo yang terumuskan dalam program-program Gerindra, seakan mendapat suntikan baru dari seorang Rachma yang idealis-ideologis. Di sisi lain, pesan, gagasan, dan ideologi Rachmawati yang diwarisinya dari Sang Proklamator akan mendapat wadah dan ruang sehingga dipastikan akan terdengar semakin menggema.
Kini, tentu saja, publik menantikan peran Rachma di Gerindra, yang banyak diprediksi orang akan menjadi partai besar di masa mendatang karena menjadi anti-tesis dari persoalan yang melilit bangsa saat ini.
[ysa]