Menko Perekonomian Sofyan Djalil
Penyerapan belanja inÂfrastruktur tahun ini masih nol. Alasannya masih tahap tender.
Padahal, realisasi belanja negara sudah terserap 18 persen dari pagu Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2015 sebesar Rp 1.984 triliun.
Menko Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan, belanja yang sudah dilakukan pemerintah adaÂlah belanja rutin. "Belanja rutin itu seperti belanja pegawai dan transÂfer ke daerah," katanya, kemarin.
Sedangkan, belanja untuk infrastruktur masih dalam tahap tender. Kendati begitu, kata dia, pemerintah akan menggeber tenÂder untuk proyek pembangunan infrastruktur pada bulan ini.
Sofyan juga ngeles, realisasi beÂlanja negara yang sebesar 18 persen masih lebih baik jika dibandingkan pada periode Januari-Maret 2014 yang sebesar 15 persen.
Dia mengatakan, belanja-beÂlanja proyek infrastruktur meÂmang masih dalam tahap tender mengingat APBNP 2015 baru diÂsahkan pada pertengahan Februari. "Artinya baru satu setengah bulan. Jadi, yang bisa dikeluarkan ya dikeluarkan," tegasnya.
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, pihaknya berkomitmen untuk menarik investasi di bidang inÂfrastruktur melalui penanaman modal asing (PMA).
"Biasanya kalau PMA itu biÂcaranya mengenai manufaktur, jasa, ritel, sekarang kami juga harus makin aktif menarik PMA di bidang infrastruktur, karena infrastruktur sekarang sudah menjadi lahan investasi yang menarik," ujarnya.
Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPÂMI) Bahlil Lahadalia berharap, pemerintah membuka seluas-luÂasnya partisipasi pengusaha lokal dan daerah dalam kegiatan pemÂbangunan. Terutama pengerjaan proyek infrastruktur di daerah yang kerap dimonopoli BUMN.
"Untuk proyek-proyek pengerÂjaan dengan nilai yang sangat kecil, HIPMI ingin ambil bagian, jangan BUMN terus yang ngamÂbil," ujar Bahlil.
Dikatakan Bahlil, terdapat banyak potensi-potensi pengusaha muda di daerah yang mampu bersaing untuk membangun infrastruktur. Apalagi, pemerintahan Jokowi sedang membangun banyak proyek inÂfrasturktur dari Sabang sampai Merauke. "Harus ada pemerataan. Nggak boleh hanya bertumpu di satu wilayah," tukasnya. ***