Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) meminta jaminan pasokan gas dari KeÂmenterian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) unÂtuk pengembangan Liquefied Natural Gas (LNG) receiving terminal di setiap provinsi. Langkah ini untuk menghidupÂkan industri di daerah.
"Jika rencana ini bisa berÂjalan, maka industri di daerah bisa hidup. Ekonomi daerah juga bisa maju karena mencipÂtakan lapangan kerja baru," ujar Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Pemberdayaan Daerah Tertinggal Natsir Mansyur kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Menurut dia, Kadin siap membangun 34 unit LNGreceiving terminal di setiap provinsi dengan investasi 8 miliar dolar AS. Selain untuk meningkatkan perÂtumbuhan ekonomi daerah, langkah i n i juga untuk mendukung pembangunan infrastruktur gas.
Saat ini, pengusaha Kadin sudah memesan 50 unit kapal dengan kapasitas 3.500-5000
Deadweight Tonnage (DWT) untuk mengangkut LNG guna mendukung program penyaluÂran gas.
"Kadin akan bekerja sama dengan pemerintah daerah bersama perusahaan terkait untuk menyusun roadmap pembangunan LNG
receiving terminal," jelasnya.
Natsir menegaskan, pemÂbangunan infrstruktur gas tersebut akan diselaraskan dengan program peta jalan kebijakan gas bumi nasional pemerintah. Namun, dia meÂminta ada jaminan pasokan gas dari pemerintah untuk program ini supaya bisa berjalan.
"Jika ini sudah dibangun, tapi pasokan gasnya tidak ada pasti percuma," ucapnya.
Apalagi kebutuhan gas setÂiap tahunnya terus meningkat. Bahkan untuk tahun lalu kebuÂtuhan gas bumi diperkirakan mencapai 10 juta metric ton atau separuhnya dari yang diekspor. Karena itu, ke depan kebijakan pengalokasian gas bumi harus diarahkan untuk memberikan multiplier effect bagi kegiatan perekonomian, bukan lagi berorientasi pendaÂpatan.
"Makanya perlu dibangun LNG
receiving terminal, JarÂingan Pipa Gas, Satelit Station untuk mendukung aktivitas perekonomian nasional atau daerah," ujar Natsir.
Ketua Asosiasi Pengusaha Compressed Natural Gas InÂdonesia (APCNGI) Robbi Sukardi mendesak pemerintah mempercepat pembangunan infrastruktur penunjang guna merealisasikan konversi bahan bakar minyak ke gas.
Menurut Robbi, Indonesia memiliki potensi gas yang lebih besar dibanding negara lain yang kini telah melakukan konÂversi bahan bakar minyak ke gas. Sayangnya, Indonesia belum memiliki infrastruktur penunÂjang yang matang. ***