Kelahiran Indonesia didasari empat elemen penting yakni bahasa, adat istiadat, wilayah kekuasaan, dan raja atau penguasa. Sumpah Pemuda 1928 menandakan suatu perubahan yang fundamental dalam titik kebangsaan kita dimana para pemuda menyatakan sumpahnya untuk membangun satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa Indonesia.
Demikian disampaikan Guru Besar Filsafat Agama UIN Syarif Hidayatullah, Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA dalam diskusi Kajian Kepemimpinan yang bertemakan "Genealogi Lahirnya Indonesia: Kesatuan Tanah Air, Bangsa dan Bahasa Indonesia" di Aula Teater Dzikir, Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa, Parung Bogor, Senin (23/3).
"Suku bangsa diibaratkan sebagai kaki-kaki yang menopang keutuhan dan kesatuan bangsa Indonesia. Lahirnya Indonesia dapat dilihat sebagai komunitas terbayang, sehingga membangun Indonesia itu adalah sebuah cita-cita kolektif kita bersama," kata Komaruddin Hidayat.
Menyikapi perkembangan politik saat ini Komaruddin Hidayat mengatakan nilai dan praktek demokrasi sudah mengakar dalam kehidupan masyarakat Indonesia, tetapi kita miskin negarawan sehingga demokrasi kehilangan wisdom dan esensinya. Yang menonjol adalah perebutan kekuasaan antar elite parpol sehingga agenda negara untuk mencerdaskan dan mensejahterakan rakyat secara merata masih jauh.
"Indonesia saat ini membutuhkan pemimpin yang melayani, menginspirasi dan memberikan keteladanan. Kita membutuhkan pemerintahan yang bersih, kuat dan cerdas. Indonesia ke depannya membutuhkan anak-anak muda yang berintegritas untuk memperbaiki partai politik dan birokrasi pemerintahan, karena proses bernegara itu sesungguhnya adalah proses berkonstitusi," papar mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.
Kajian kepemimpinan yang dilaksanakan Sekolah Kepemimpinan Bangsa ini dihadiri peserta dan mahasiswa dari berbagai kampus dan lembaga masyarakat terkemuka di Indonesia seperti UI, IPB, UIN Syarif Hidayatullah, STEI SEBI, Dompet Dhuafa, Sekolah Demokrasidan MITI. Diskusi dimoderatori Agung Pardini, Direktur Sekolah Guru Indonesia.
Direktur Riset Center of Leadership Studies - Sekolah Kepemimpinan Bangsa, Adhe Nuansa Wibisono mengatakan, kajian Kepemimpinan yang digelar pihaknya merupakan upaya dalam penguatan nilai-nilai kebangsaan dan nasionalisme di kalangan generasi muda Indonesia. Dia berharap dengan hadirnya kajian ini dapat mendekatkan kembali generasi muda dengan nilai Pancasila, sejarah bangsa dan keteladanan para tokoh nasional.
"Menjadi Indonesia adalah sebuah proses, kita semua berhutang budi kepada pendiri bangsa ini, sehingga kita harus memperkuat jati diri kemanusiaan dan kebangsaan kita. Hadirnya Kajian Kepemimpinan ini menjadi sangat penting dan dibutuhkan saat ini dalam proses memperkuat jati diri keindonesiaan kita," pesan Komaruddin Hidayat menutup diskusi.
[dem]