Berita

Politik

KMP Harus Tetap Waras Hadapi Kegilaan Jokowi

SELASA, 24 MARET 2015 | 16:03 WIB | LAPORAN: ADE MULYANA

Pengesahan kepengurusan Partai Golkar kubu Agung Laksono oleh Menkumham Yasonna Laoly makin menunjukan ketidakwarasan pemerintah. Langkah Menteri Yasonna tersebut diyakini berdasarkan perintah Jokowi, bertujuan untuk memecah kekuatan Koalisi Merah Putih di parlemen.

"Jokowi takut bernasib seperti Ahok, tidak bisa mengendalikan parlemen. Apalagi saat ini hubungan Jokowi dan PDIP tidak mesra lagi,"  ujar Direktur Eksekutive Indonesia Development Monitoring, Fahmi Hafel dalam keterangan persnya kepada redaksi, Selasa (24/3).

Menurut dia, pemerintah seharusnya belajar dari kasus kisruh PKB dan menjadikannya sebagai jurispundensi pencatatan kepengurusan partai dilakukan setelah ada putusan pengadilan berkekuatan hukum tetap.


Namun, katanya, hal tersebut tidak dilakukan karena memang Jokowi perlu mengambil alih Golkar hasil Munas Ancol walaupun tidak legitimate. Apalagi jauh-jauh hari,Agung Laksono sudah mendeklare Golkar yang dipimpinnya akan mendukung Jokowi- JK dan keluar dari KMP. Dengan begitu, Golkar bisa dijadikan ban serep oleh Jokowi jika PDIP melawan dan mempersulit di DPR nanti.  

Fahmi mengingatkan KMP tidak ikut terbawa-bawa dengan strategi politik Jokowi yang pura-pura gila. KMP harus bisa bertindak waras dengan tidak melanggar konstitusi. KMP misalnya bisa mempersoalkan kebijakan-kebijakan Jokowi yang banyak melanggar Undang-Undang dan konstitusi dengan mengajukan hak-hak yang dimiliki DPR seperti interpelasi.

"Kebijakan yang dibuat Jokowi banyak yang melanggar, seperti mencabut subsidi BBM, memberikan izin ekspor pada Freeport dan Newmont atau terkait pembatalan pelantikan Budi Gunawan serta menolak Badrodin Haiti sebagai Kapolri," katanya.

"Atau bisa juga mempermasalahkan etika dan prilaku Jokowi yang suka membohongi rakyat seperti berjanji tidak impor beras di hadapan petani ternyata impor beras," tukas Fahmi.[dem]


Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Demokrat: Tidak Benar SBY Terlibat Isu Ijazah Palsu Jokowi

Rabu, 31 Desember 2025 | 22:08

Hidayat Humaid Daftar Caketum KONI DKI Setelah Kantongi 85 Persen Dukungan

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:57

Redesain Otonomi Daerah Perlu Dilakukan untuk Indonesia Maju

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:55

Zelensky Berharap Rencana Perdamaian Bisa Rampung Bulan Depan

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:46

Demokrasi di Titik Nadir, Logika "Grosir" Pilkada

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:37

Demokrat: Mari Fokus Bantu Korban Bencana, Setop Pengalihan Isu!

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:35

Setoran Pajak Jeblok, Purbaya Singgung Perlambatan Ekonomi Era Sri Mulyani

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:14

Pencabutan Subsidi Mobil Listrik Dinilai Rugikan Konsumen

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:02

DPRD Pastikan Pemerintahan Kota Bogor Berjalan

Rabu, 31 Desember 2025 | 20:53

Refleksi Tahun 2025, DPR: Kita Harus Jaga Lingkungan!

Rabu, 31 Desember 2025 | 20:50

Selengkapnya