Berita

Yenny Sucipto/net

Bisnis

Inilah yang Ditakutkan dari Pelemahan Rupiah

JUMAT, 20 MARET 2015 | 08:35 WIB | LAPORAN: RUSLAN TAMBAK

. Bayang-bayang krisis ekonomi akibat aksi korporasi saat ini menjadi tren permanen setiap tahun yang menuntut pemerintah untuk terus melakukan upaya pencegahan dan penjaminan.

Sekjen Seknas FITRA Yenny Sucipto mengatakan, yang lebih berbahaya, dalam setiap krisis ekonomi di Indonesia selalu ada aksi kejahatan ekonomi dan korupsi misalnya BLBI 1999 dan Bailout Century 2009.

Parahnya, lanjut dia, ketika kejahatan ekonomi itu terjadi, hingga saat ini belum bisa dituntaskan dengan penegakkan hukum yang serius. Justru, seolah-olah penegak politik dan hukum justru tunduk pada konglomerat yang modal usahanya dari merampok keuangan negara memanfaatkan krisis.


"Untuk BLBI saja, hutangya akan kita bayarkan hingga umur 100 Indonesia merdeka 2045 dengan total keseluruhan beserta bunga yang mencapai Rp. 14.000 triliun uang rakyat," ujar Yenny Sucipto dalam keterangannya, Jumat (20/3).

Untuk itu belajar dari pelemahan rupiah yang terjadi saat ini menembuh angka Rp 13 ribu perdolar AS, potensi krisis ekonomi tetap ada, dan peluang aksi korporasi seperti kasus BLBI sangat kuat terjadi. Korporasi korup di negeri ini bisa sengaja mendorong kiris untuk mendapatkan modal dari negara dengan penanganan krisis.

Mengantisipasi agar hal itu tidak terjadi, Yenny Sucipto mengatakan ada empat langkah yang harus dilakukan pemerintah. Pertama, pemerintah harus memperbaiki paket kebijakan penanganan pemelahan rupiah yang tidak terlalu kuat, jurus lama dan tidak bertahan lama. Kedua, pemerintah harus mengambil langkah lain untuk menguatkan cadangan APBN dengan menyetop pembayaran bunga BLBI yang terus melambung tinggi akibat pemelahan rupiah.

Ketiga, pemerintah dan penegak hukum harus serius menangani kasus BLBI, menyita asset yang masih dioperasikan oleh konglomerat BLBI sehingga menjadi preseden dan efek jera terhadap kejahatan ekonomi. Dan keempat, pemerintah harus mencegah secara internal agar pelemahan rupiah dan potensi krisis tidak menjadi trend permanen yang menjadi sumber permainan spekulan dan konglomerat. [rus]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

Makin Botak, Pertanda Hidup Jokowi Tidak Tenang

Selasa, 16 Desember 2025 | 03:15

UPDATE

Bawaslu Usul Hapus Kampanye di Media Elektronik

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:26

Huntap Warga Korban Bencana Sumatera Mulai Dibangun Hari Ini

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:25

OTT Jaksa Jadi Prestasi Sekaligus Ujian bagi KPK

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:11

Trauma Healing Kunci Pemulihan Mental Korban Bencana di Sumatera

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:42

Lula dan Milei Saling Serang soal Venezuela di KTT Mercosur

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:35

Langkah Muhammadiyah Salurkan Bantuan Kemanusiaan Luar Negeri Layak Ditiru

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:24

Jadi Tersangka KPK, Harta Bupati Bekasi Naik Rp68 Miliar selama 6 Tahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:56

Netanyahu-Trump Diisukan Bahas Rencana Serangan Baru ke Fasilitas Rudal Balistik Iran

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:32

Status Bencana dan Kritik yang Kehilangan Arah

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:55

Cak Imin Serukan Istiqomah Ala Mbah Bisri di Tengah Kisruh PBNU

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:28

Selengkapnya