. President Federation Korea of Seafarers Union (FKSU) Yeom Keyong Doo, menegaskan sikap organisasinya membantu pelaut Indonesia yang menghadapi masalah di luar negeri. Baik yang bekerja di kapal niaga, maupun kapal ikan yang dimiliki atau dioperasikan oleh perusahaan Korsel yang beroperasi di fishing ground internasional.
"FKSU saat ini berupaya membuat program penyediaan fasilitas kesehatan bagi pelaut yang sakit di tengah laut. Bahkan kalau perlu akan dikirim helikopter," kata Yeom usai penandatanganan kerjasama dengan Presiden Kesatuan Pelaut Indonesia (KPI) Capt Hasudungan Tambunan di Jakarta, Rabu (18/3).
Menurut Yeom, pihaknya juga akan menyediakan fasilitas komunikasi di beberapa pelabuhan di Korsel yang bertujuan dapat digunakan oleh pelaut dalam berkomunikasi dengan keluarganya di mana pun.
Sementara itu, terkait dengan terbakarnya kapal FV. Shofuku Maru 78 di sekitar perairan Australia, Hasudungan menjelaskan, awak kapal ikan yang seluruhnya WN Indonesia selamat dan dalam waktu dekat segera dipulangkan ke tanah air.
Pelaut Indonesia yang bekerja di kapal ikan berbendera Jepang itu 18 orang, dan 14 di antaranya anggota KPI. Mereka direkrut dan ditempatkan oleh PT Shinwaya Putra Karunia yang beralamat di Tangerang. Perusahaan tersebut mempunyai Collective Bargaining Agreement (CBA) atau Perjanjian Kerja Bersama (PKB) dengan KPI. Para pelaut juga memiliki Perjanjian Kerja Laut (PKL) yang ditandatangani perusahaan. Sehingga semua hak ABK (anak buah kapal) terkait dengan kecelakaan tersebut segera dibayar oleh perusahaan/pemilik kapal.
"KPI telah berkoordinasi dengan Serikat Pekerja Pelaut di Jepang (All Japan Seamens Union/JSU) dan di Australia (Maritime Union of Australia/MUA) turut membantu para pelaut dalam masalah kebakaran FV. Shofuku Maru-78," jelas Hasudungan.
Dibagian lain, Hasudungan menjelaskan, seorang pelaut Indonesia meninggal akibat terbakarnya kapal tanker MT. Sun Wing di perairan Jepang, sekitar 80 millaut dari Busan, Korea Selatan, pada 14 Maret 2015
Kapal milik Shokuyu Navigation Corp. Jepang dan dioperasikan oleh ST Marine Corp. Korea itu diawaki 16 orang, terdiri dari pelaut Indonesia 13 orang dan Korea 3 orang. Akibat kebakaran kapal yang belum diketahui penyebabnya itu, 3 ABK mengalami cedera dan dilarikan ke rumah sakit. Namun seorang di antaranya, Moh. Halik Gafur, asal Bangkalan (Madura), meninggal dalam perawatan di rumah sakit.
Dalam kasus ini, lanjut Hasudungan, KPI telah meminta Kemlu RI membantu investigasi serta membantu pemulangan jenazah korban diterbangkan ke Indonesia. KPI juga telah meminta bantuan FKSU menangani kasus tersebut.
Sedang terkait hilangnya 21 ABK Indonesia di Samudera Atlantik akhir Februari lalu, hingga kini, nasib semua ABK di kapal ikan milik Taiwan itu belum diketahui.
Kapal Hsiang Fu Chun yang diawaki 49 orang, 22 di antaranya asal Indonesia, itu hilang di lepas pantai Kepulauan Falkland, Inggris, dalam perjalanan kembali ke Taiwan.
Menurut data yang diperoleh KPI, ke-21 ABK itu diberangkatkan 5 perusahaan. Yakni PT Media Maritim 3 orang, PT Mutiara Jasa Bahari 4 orang, PT Sinar Jaya Pratama 3 orang, PT Puncak Jaya Samudera 6 orang dan PT Bima Samudera Bahari 6 orang.
"Tapi semua ABK itu bukan anggota KPI karena kelima perusahaan tersebut tidak punya PKB dengan KPI," kata Hasudungan.
Dalam kasus ini, KPI telah meminta bantuan Serikat Pekerja Pelaut di Taiwan (National China Seafares Union/NCSU) menghubungi pemilik kapal tersebut. NCSU telah menghubungi pemilik kapal tapi belum memperoleh keterangan tambahan karena pemilik kapal masih fokus mencari korban.
[sam]