Berita

ilustrasi

Bisnis

Jokowi Targetkan Harga Beras Turun Rp 2.000/Kg

Pengusaha Tepis Isu Praktik Mafia
RABU, 04 MARET 2015 | 09:04 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Tudingan adanya praktik mafia di balik melambungnya harga beras, dinilai hanya isapan jempol belaka. Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) memastikan, komoditas tersebut mahal murni karena minimnya pasokan. Presiden Jokowi menargetkan harga beras turun Rp 2.000 per kilogram (kg).

Upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk menekan harga beras, sejauh ini belum menunjukkan hasil yang signifikan. Harga beras masih di atas rata-rata harga normal. Kemarin, Presiden Jokowi mengundang Perpadi di Istana Negara, membahas persoalan tersebut.

Usai pertemuan, Jokowi menuturkan, harga beras melambung murni karena masalah pasokan dan permintaan. Dia menjamin harga beras akan kembali normal pada dua pekan ke depan.


"Saya tadi mendengar akan ada panen raya. Selain itu pemerintah juga mengirim beras. Dua pekan mendatang, harga beras akan ada di posisi normal, turun sekitar Rp 2. 000 per kg dari harga saat ini. Ini menjadi komitmen bersama," janji Jokowi.

Jokowi mengklaim, harga beras di Pasar Induk Cipinang telah menunjukkan tren penurunan. Dia yakin, harga beras di daerah lain akan ikut turun sebab Cipinang selama ini menjadi barometer pasar lain.

"Cipinang merupakan pasar yang paling banyak menyerap beras. Pergerakan harga di Cipinang mempengaruhi daerah lainnya," terangnya.

Jokowi berjanji, ke depan pemerintah akan lebih serius dalam menjaga pasokan beras. Pasalnya, dalam pertemuan, Perpadi mengeluhkan minimnya pasokan dari pemerintah di saat kiriman dari daerah menurun.

Ketua Perpadi Sutarto Alimoeso memastikan, masalah kenaikan harga beras beberapa pekan ini hanya karena masalah supply and demand.

"Kami melihat tidak ada permainan harga. Ini masalah supply and demand saja. Jika suplainya berkurang, sementara permintaannya meningkat, maka harga akan dengan sendirinya naik," jelasnya.

Bukan karena praktik mafia beras? Sutarto mempertanyakan tudingan tersebut. "Siapa yang disebut dengan mafia beras? Tapi, kalau ada silakan tangkap saja," cetusnya.

Meskipun pasokan minim, Sutarto melihat, pemerintah belum perlu melakukan impor. Karena, saat ini stok beras pemerintah di gudang Bulog masih ada sekitar 1,4 juta ton. Jumlah itu masih cukup untuk memenuhi kekurangan pasokan di pasar.

Dia menuturkan, biasanya pasokan ke Pasar Induk Beras Cipinang Jakarta sebanyak 2.000 sampai 3.000 ton per hari. Namun saat ini, yang masuk hanya 1.000 ton sehingga terdapat kekurangan 1.000 sampai 2.000 ton per hari.

"Pemerintah akan menggelontorkan beras 100 ribu ton hingga bulan depan. Itu cukup untuk memenuhi kekurangan di pasar dan meredam kenaikan harga," imbuhnya.

Dia menyarankan pemerintah agar menguasai rantai perdagangan beras dari hulu sampai hilir sehingga bisa dengan mudah mengetahui kapan waktu yang tepat melakukan intervensi di pasar.

Harga Mulai Turun

Bendahara Perpadi yang juga pedagang beras di Cipinang, Nelly Soekidi mengungkapkan, pasokan beras pemerintah ikut mempengaruhi harga meskipun besarannya belum signifikan.

Dia menjelaskan, harga beras dari Bulog tetap dijual Rp 7.400 per kg, seperti yang ditetapkan pemerintah. Hal ini membuat harga beras lain turun Rp 1.000 sampai 1.500 per liter.

"Harga beras kualitas medium asal Demak dan Pati menjadi sekitar Rp 8.900 per kg, dari yang sebelumnya Rp 10.400 per kg. Sementara itu beras kualitas premium menjadi Rp 10.000 per kg, dari yang sebelumnya Rp 11.000 per kg," jelasnya.

Nelly optimistis harga beras akan turun sebab pasokan dari daerah lain mulai lancar.

Sekadar informasi, harga beras di berbagai daerah mengalami kenaikan sejak 9 Februari lalu. Kenaikan paling tinggi terjadi di Jakarta. Di pasar induk Cipinang, kenaikkan mencapai 30 persen. Harga beras paling murah (IR2) naik dari Rp 8.500 menjadi Rp 11.000 per kg. Beras jenis IR1 dari Rp 9.500 menjadi Rp 12.000 per kg. Dan, untuk kelas premium dari Rp 10.000 menjadi Rp 13.000 per kg. ***

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

Makin Botak, Pertanda Hidup Jokowi Tidak Tenang

Selasa, 16 Desember 2025 | 03:15

UPDATE

Bawaslu Usul Hapus Kampanye di Media Elektronik

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:26

Huntap Warga Korban Bencana Sumatera Mulai Dibangun Hari Ini

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:25

OTT Jaksa Jadi Prestasi Sekaligus Ujian bagi KPK

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:11

Trauma Healing Kunci Pemulihan Mental Korban Bencana di Sumatera

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:42

Lula dan Milei Saling Serang soal Venezuela di KTT Mercosur

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:35

Langkah Muhammadiyah Salurkan Bantuan Kemanusiaan Luar Negeri Layak Ditiru

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:24

Jadi Tersangka KPK, Harta Bupati Bekasi Naik Rp68 Miliar selama 6 Tahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:56

Netanyahu-Trump Diisukan Bahas Rencana Serangan Baru ke Fasilitas Rudal Balistik Iran

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:32

Status Bencana dan Kritik yang Kehilangan Arah

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:55

Cak Imin Serukan Istiqomah Ala Mbah Bisri di Tengah Kisruh PBNU

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:28

Selengkapnya