Berita

ilustrasi

Bisnis

Bos Bulog: Beras Raskin Berkutu, Wajar

15 Tahun Kualitas Beras Raskin Tetap Jelek
RABU, 04 MARET 2015 | 09:00 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Pemerintah dan Bulog dinilai gagal dalam meningkat­kan kualitas beras untuk rakyat miskin (raskin). Pasalnya, hampir selama 15 tahun beras yang disalurkan masih bau dan berkutu.

Pengamat pertanian dari Aso­siasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori mengatakan, meskipun program raskin sudah berjalan 15 tahun lebih, kualitas berasnya masih sangat buruk. Bahkan di beberapa daerah banyak ditemukan beras yang bau dan berkutu.

"Beras raskin berkutu bukan sesuatu hal yang mengagetkan lagi. Sejak 15 tahun lebih pro­gram itu bergulir, sudah banyak ditemukan raskin bau dan ber­kutu," ujarnya kepada Rakyat Merdeka, kemarin.


Menurut Khudori, raskin berkutu terus terjadi karena adanya penyimpangan yang tak kunjung bisa diselesaikan oleh pemerintah. Bahkan, dia menyebut, raskin berkutu terus muncul karena adanya mafia raskin.

Berdasarkan temuan Komi­si Pemberantasan Korupsi (KPK), kata dia, raskin itu ada yang tidak tepat jumlah, sasa­ran, harga dan kualitas. Nah, raskin berkutu termasuk yang tidak tepat kualitas. Menurut dia, raskin berkutu menjadi tanggung jawab pemerintah daerah (Pemda) dan Bulog selaku pendistribusinya.

Dia bilang, terus berulangnya temuan raskin bau dan berkutu menjadi tamparan keras buat Bulog. "Kenapa sudah 15 tahun lebih tapi kejadian seperti raskin berkutu masih terus terjadi," cetusnya.

Menteri Perdagangan Rachmat Gobel mengatakan, dirinya akan memperbaiki sistem penyimpanan beras Bulog. "Itu tanya dari pihak Bulog yang lebih tahu (beras jelek), itu wilayahnya Bulog. Tapi kita akan memper­baiki sistem penyimpanan beras Bulog," katanya.

Dia mengatakan, sistem peny­impanan beras yang tidak bagus akan memengaruhi kualitas beras Bulog tersebut.

Dirut Perum Bulog Lenny Sugihat mengakui, memang ada sejumlah catatan terkait dengan kualitas beras raskin seperti ban­yak kutunya. Menurutnya, kutu di dalam raskin dengan jumlah yang tidak terlalu banyak masih dinyatakan wajar.

"Sekarang persoalannya da­lam 15 kg beras ada berapa ekor kutu. Kalau 15 kg kutunya 10 kg beras itu sudah kita hancurkan," tegasnya. ***

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

Makin Botak, Pertanda Hidup Jokowi Tidak Tenang

Selasa, 16 Desember 2025 | 03:15

UPDATE

Bawaslu Usul Hapus Kampanye di Media Elektronik

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:26

Huntap Warga Korban Bencana Sumatera Mulai Dibangun Hari Ini

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:25

OTT Jaksa Jadi Prestasi Sekaligus Ujian bagi KPK

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:11

Trauma Healing Kunci Pemulihan Mental Korban Bencana di Sumatera

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:42

Lula dan Milei Saling Serang soal Venezuela di KTT Mercosur

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:35

Langkah Muhammadiyah Salurkan Bantuan Kemanusiaan Luar Negeri Layak Ditiru

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:24

Jadi Tersangka KPK, Harta Bupati Bekasi Naik Rp68 Miliar selama 6 Tahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:56

Netanyahu-Trump Diisukan Bahas Rencana Serangan Baru ke Fasilitas Rudal Balistik Iran

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:32

Status Bencana dan Kritik yang Kehilangan Arah

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:55

Cak Imin Serukan Istiqomah Ala Mbah Bisri di Tengah Kisruh PBNU

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:28

Selengkapnya