Berita

foto: Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas/net

Nusantara

Tidak Ada Perda Anti Maksiat di Banyuwangi

RABU, 11 FEBRUARI 2015 | 17:34 WIB | LAPORAN:

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas memiliki cara tersendiri dalam mencari solusi permasalahan masyarakat, yakni bukan hanya menggunakan pendekatan moral, tapi juga pendekatan kesejahteraan.

Hal itu direalisasikan, misalnya dalam melakukan penutupan lokalisasi. Anas menyebut, lokalisasi tidak bisa ditutp begitu saja hanya dengan alasan melanggar moral.

"Kami di Banyuwangi menutup lokalisasi tidak dengan Perda Anti-maksiat seperti daerah-daerah lain. Di Banyuwangi tidak ada Perda Anti-maksiat, yang ada seperti Perda Tata Ruang, di mana bangunan rumah tidak boleh digunakan untuk usaha lokalisasi. Dasarnya itu, sehingga kita tidak bicara moral atau tidak bermoral," ujar Anas dalam rilis yang diterima redaksi, Rabu (11/2).


"Tentu saja ada pendekatan kesejahteraan berupa modal dan pelatihan bagi warga di lokalisasi agar bisa berdaya secara ekonomi, meski lokalisasi telah ditutup," sambungnya.

Anas menceritakan, Perda Anti-maksiat tidak pernah ada di Banyuwangi karena selalu memancing pro dan kontra terkait perdebatan moral. Misalnya soal penegakan aturan pelarangan karaoke baru yang tidak berkonsep karaoke keluarga.

"Pendekatannya bukan moral atau maksiat, tapi kami paparkan data intelejen bahwa selama ini peredaran narkoba dan perdagangan manusia banyak dilakukan di karaoke kawasan pesisir seperti Banyuwangi. Selain itu, kami meyakinkan bahwa pengembangan Banyuwangi ke depan adalah ekowisata berbasis alam dan budaya, sehingga tidak perlu banyak karaoke," kata Anas.

Ia menambahkan, kebijakan daerah harus tidak bias moral. Misalnya, tidak bisa daerah meminggirkan kesenian atau tradisi lokal karena dinilai secara subyektif oleh pemimpinnya sebagai kesenian atau tradisi yang bertentangan nilai agama yang diyakini kepala daerah.

Menurut Anas, Islam di Indonesia adalah Islam yang mempunyai ciri tersendiri karena berdampingan secara harmonis dengan kebudayaan dan kearifan lokal. Karena itulah di era kekinian, umat Islam perlu hidup selaras dengan teknologi dan sains. Teknologi informasi merupakan keniscayaan dan tak bisa ditolak. Ia mengimbau umat Islam untuk mempelajari ilmu pengetahuan dan internet agar bisa maju. [mel]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

Makin Botak, Pertanda Hidup Jokowi Tidak Tenang

Selasa, 16 Desember 2025 | 03:15

UPDATE

Bawaslu Usul Hapus Kampanye di Media Elektronik

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:26

Huntap Warga Korban Bencana Sumatera Mulai Dibangun Hari Ini

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:25

OTT Jaksa Jadi Prestasi Sekaligus Ujian bagi KPK

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:11

Trauma Healing Kunci Pemulihan Mental Korban Bencana di Sumatera

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:42

Lula dan Milei Saling Serang soal Venezuela di KTT Mercosur

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:35

Langkah Muhammadiyah Salurkan Bantuan Kemanusiaan Luar Negeri Layak Ditiru

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:24

Jadi Tersangka KPK, Harta Bupati Bekasi Naik Rp68 Miliar selama 6 Tahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:56

Netanyahu-Trump Diisukan Bahas Rencana Serangan Baru ke Fasilitas Rudal Balistik Iran

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:32

Status Bencana dan Kritik yang Kehilangan Arah

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:55

Cak Imin Serukan Istiqomah Ala Mbah Bisri di Tengah Kisruh PBNU

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:28

Selengkapnya